JANGAN TAKUT UNTUK JATUH CINTA
(Created by: Charlly)
Cuaca hari ini sangat panas. Sang surya
berada tepat pada puncaknya. Terlihat banyak anak sekolah yang sedang mengenakan
payung untuk melindungi mereka dari sinar ultraviolet tersebut. Kebanyakan
adalah anak perempuan. Di depan sekolah, terdapat sosok seorang pria tengah
berdiri di bawah pohon besar yang cukup rindang. Dia adalah Caken, anak sekolah
SMA N 1 Jakarta. Wajahnya putih bersih, rambutnya lurus, badannya tegap, dan
orangnya tinggi. Rupanya ia tengah menunggu jemputannya. Ia mengambil hpnya
dari saku kiri celana abu-abunya kemudian jari jemarinya mulai menari-nari di
atas badan pesawat genggam tersebut. Setelah selesai dengan pekerjaannya tadi,
ia segera duduk di atas trotoar. “Wah lama banget jemputanku. Nggak biasanya
seperti begini” bisik Caken dalam hatinya. Pip! Pip! Tiba-tiba tedengar suara klakson mobil dari belakang Caken. Ia
pun menoleh ke arah datangnya suara tersebut. Hatinya sangat senang saat
mengetahui bahwa itu adalah mobil jemputannya. Akhirnya ia bisa pulang
sekarang. “Pak, kenapa datangnya telat sich?” tanya Caken pada pak Rudi, supirnya.
“Anu mas, tadi saya kena Traffic Jam, jadi datang ke sini agak terlambat” jawab
pak supir itu. Kini Caken telah mengetahui apa yang menjadi penyebab keterlambatan
mobil jemputannya. “Ya uda pak, kita langsung ke rumah aja! Aku ngerti kog
alasannya” seru Caken. “Baik mas. Terima kasih” sahut pak Rudi. Tak lama
kemudian mobil tersebut meninggalkan tempat itu.
Sesampai di rumah, Caken tak lansung ke
kamarnya. Ia pergi ke taman di halaman belakang rumahnya. Tampaknya ia pegi ke
kolam ikan. Rumah Caken lumayan luas. Di sana terdapat banyak bunga yang indah
serta harum baunya. Caken tenyata menyempatkan diri untuk melihat hewan
peliharaannya. Sweety namanya. Ia adalah seekor ikan yang badannya memancarkan
warna yang indah, siripnya juga memiliki warna yang unik. Setiap orang yang
melihatnya tentu saja akan memuji kelebihan dari hewan kesayangan Caken
tesebut. Waktu untuk menjenguk hewan peliharaannya kini telah usai. Caken kemudian
melangkahkan kaki menuju ke kamarnya. Ia melepaskan seragam putih abu-abunya
kemudian mengenakan pakaian bermain. Ternyata kamar Caken penuh dengan pajangan
poster di dinding kamar. Di antaranya ada Naruto, Bleach, Cristiano Ronaldo,
Avenged Sevenfold, Justin Bieber, & Lady Gaga. Di antara semua pajangan
yang ada, Caken paling “ngefans” sama
Justin Bieber. Ia merasa bahwa dirinya telah terhipnotis akan suara indah dan
merdu oleh penyanyi muda yang berbakat asal Kanada tersebut. Sebagai fans
terberatnya, Caken mengoleksi semua album JB yang telah dirilis. Lagu favorit Caken
adalah “Common Denominator.” Saat mendengar lagu tersebut Caken seakan terbawa
suasana dan hanyut dalam lagu yang didengarnya. Memang lagu yang enak untuk
didengar.
Selesai mengganti pakaiannya, Caken turun
untuk sarapan. Di sana sudah ada Ratih, adiknya serta ibu dan ayahnya. Ratih
sekarang sudah kelas 3 SMP, sedangkan Caken sudah berada di bangku kelas 3 SMA.
Ayahnya seorang dosen sedangkan ibunya seorang guru bahasa inggris. “Sebelum makan, mari kita
berdoa. Doanya dipimpin oleh Ratih” seru ibu Caken. Ratih adalah anak yang penurut,
jadi ia mengikuti perintah dari orang tuanya. Ratih memimpin doa makan siang
itu. Selesai memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat yang telah mereka terima, mereka semua langsung menyantap hidangan yang
telah tersedia di atas meja makan tersebut. “Ma, esok kan weekend. Gimana kalau
kita ke pantai? Buat refreshing la, karena aku bosan di rumah terus” usul Ratih
saat makan siang itu. “Betul ma. Kita ke pantai esok aja. Lagian kita uda lama
nggak ke sana kan?” sambung Caken. “Ok, mama setuju. Mama juga kepingin untuk
lihat pemandangan laut.” Jawab ibu dari dua orang anak itu. “Papa juga setuju”
sambung ayah mereka. “Asik! Asik! Papa dan mama emang baik banget” seru Ratih
dengan kegirangan. Suasana makan siang itu pun tambah asik saja dengan senda
gurau antar anggota keluarga tersebut.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Caken,
Ratih dan kedua orang tua mereka tengah mempersiapkan apa saja yang akan dibawa
untuk berakhir pekan. Setelah semuanya beres, mereka kemudian meletakan
perbekalan tersebut di garasi mobil. “Yuk, kita berangkat. Tinggal 1 menit lagi
kendaraan akan meluncur ke tempat tujuan. Bagi yang terlambat, tidak jadi ikut”
teriak ayah Caken sambil melambaikan tangannya. “Papa ini ada-ada aja! Kita kan
mau rekreaksi bukannya berlayar?” cetus mama Caken. Caken dan Ratih tertawa terbahak-bahak melihat sikap
dari kedua orang tua mereka. Kini seluruh anggota keluarga telah berada di
dalam mobil. Ayahya langsung menyalakan mesin kemudian mereka berangkat.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup
panjang, akhirnya mereka sampai juga di tempat yang mereka cita-citakan. Mereka
semua mengeluarkan perbekalan yang dibawa kemudian menuju ke tempat rekreasi.
Ratih langsung lari menghampiri air laut dan merebahkan dirinya di atas
permukaan air tersebut. Percikan air terdengar sangat jelas. Rupanya Ratih
sangat rindu akan hal ini. Kakak dan kedua orang tuanya hanya tertawa saja
melihat tingkah laku Ratih. Melihat adiknya sedang bersenang-senang dengan
kegiatan yang ia lakukan, Caken beranjak dari tempat duduk lalu pergi
jalan-jalan, menelusuri pantai tersebut dengan memegang selembar kertas putih
di tangan kanannya sambil menikmati pemandangan yang ada di sana. Kini ia duduk
di bawah sebuah pohon kelapa. Tangannya mengambil kertas putih yang dibawanya
dan pena dari saku celana jeansnya. Caken mulai merangkai kata-kata di atas
lembaran putih tersebut. Ia menulis sebuah puisi:
“Ku
duduk di tepi pantai
Memandangi
orang yang berlari
Di
bawah indahnya cakrawala
Yang
sungguh bercahaya
Tawa
canda terukir manis
Menghilangkan
tatapan sinis
Ku
hanya bisa membisu
Di
saat suasana memukau
Ingin
sekali rasanya
Ada
yang menemani
Membuatku
bahagia
Menghibur
hari-hari
Ku
sangat mengharapkannya
Semoga semua yang ku pinta
Semua yang ku harapkan
Dapat terkabulkan
Semoga bidadari
Yang telah dikirim untukku
Dapat hadir di sini
Agar ku dapat bersamanya selalu”
Selesai menulis, tiba-tiba Caken dikejutkan
dengan suara yang memanggilnya dari arah belakang. Ia pun berbalik sambil
mencari tahu siapa yang telah memanggilnya. Ia melihat seorang pemuda yang
sebaya dengannya sedang mendekatinya sambil melambai-lambaikan tanganya.
“Rasanya aku kenal dengan orang ini. Tapi di mana ya?” tanya Caken dalam
hatinya. “Hai Caken, lagi ngapain di sini? Kog sendirian?” tanya pemuda ini.
“Ternyata kamu Galih. Pantas saja, waktu kamu memanggilku, aku berkata dalam
hati bahwa aku familiar dengan suara ini dan ternyata itu kamu. Aku lagi
lihat-lihat pemandangan aja sambil nulis puisi. Aku nggak sendiri kog. Aku
datang sama keluargaku untuk rekreasi. Itu mereka di sana” jawab Caken sambil
menunjukkan posisi kelurganya pada Galih. Galih adalah teman Caken. Mereka
telah berteman sejak kelas 1 SMA hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, kini
meraka telah menjadi sahabat. “Kamu sendiri ngapain di sini?” Caken balik
bertanya. “Aku setiap akhir pekan selalu ke sini. Aku ingin nyante dan
bersenang-senang donk?” jawab Galih sambil tertawa. “Gimana Caken, uda dapet
pacar belum? Kalau uda, kenalin donk sama aku?” kata Galih sambil memukul
pundak sahabatnya itu. Caken hanya tersenyum saja. “Kenapa kamu cuman
senyum-senyum aja? Kenalin donk cewek kamu?” desak Galih. “Kalau aku uda punya
pacar, ngapain aku sembuyiin dari kamu? Kita kan sahabatan, jadi dalam
persahabatan mana mungkin ada rahasia? Sampai sekarang aku masih jomblo. Aku
belum nemuin seseorang yang bisa membuatku jatuh cinta Galih” jawab Caken.
“Kamu nggak bakalan nemuin seseorang yang bisa membuatmu jatuh cinta jika kamu
nggak pernah membuka hati Caken. Kamu harus peka terhadap seorang cewek.
Mungkin dia telah jatuh cinta padamu, tapi kamu sendiri yang tak pernah memberi
kesempatan baginya” seru Galih menasehati Caken soibnya. Dalam hati Caken
membenarkan perkataan sahabatnya. “Uda
dulu ya, aku mau main lagi. Sampai ketemu di sekolah nanti!” teriak Galih sambil
berlari meninggalkan Caken.
Caken pun berdiri dari tempat itu dan
menuju ke keluarganya. Kini hari telah sore. Caken dan keluarganya segera
membereskan perbekalan yang tadi mereka bawa dan bersiap-siap untuk pulang ke
rumah tercinta. Semua barang dinaikan kembali di atas mobil dan dimasukan ke
dalam garasi. Setelah itu semuanya naik dan mereka berangkat meninggalkan
tempat wisata tersebut. “Ratih senang banget ma hari ini. Kapan-kapan kita
balik lagi ke sana ya?” Kata Ratih kepada ibunya yang penyayang itu. “Iya dech!
Yang penting kita semua bisa bersenang-senang sejenak dan melupakan semua
aktivitas yang menjadi rutinitas sehari-hari kita” jawab ibunya. Sementara itu
Caken nampaknya sedang gelisah. Mungkin karena mendengar perkataan Galih tadi.
Namun ia segera mengalihkan pikirannya ke hal yang lain. Setibanya di rumah
Caken lansung ke kamarnya. Ia berdoa untuk mohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa
dalam menjalani hidupnya ke depan nanti. Setelah itu ia langsung tidur. Ia pun
terlelap dalam mimipi indah.
Kini hari libur telah usai. Hari ini juga
merupakan hari pertama masuk sekolah. Caken sudah cukup puas berakhir pekan
kemarin. Kini ia harus menjalani proses belajar mengajar seperti biasanya. Semua
aktivitas yang sering dilakukan kini dimulai lagi. Waktu seakan berjalan sangat
cepat sehingga hari bersantai-santai pun telah berakhir. Caken dan Ratih kini
telah siap ke sekolah dengan memakai pakaian seragamnya masing-masing. Mereka
terlihat rapi sekali di ruang tamu. Mereka sarapan pagi sambil menunggu ayahnya
yang akan mengantar mereka ke sekolah, karena setiap pagi mereka selalu
berangkat bersama-sama. “Semuanya sudah siap? Yuk kita berangkat!” seru ayah
kedua orang anak itu. “Semuanya sudah beres. Let’s go to my sweet school!” kini
giliran Caken yang ambil suara. “Hati-hati di jalan ya? Semoga semuanya
berjalan lancar” kata ibu Caken sambil mengantar mereka ke depan rumah. Mobil
sedan berwarna hitam keluar dari pintu garasi. Warnanya mengkilap. Caken dan
Ratih segera naik ke dalam mobil tersebut. Bunyi suara klakson terdengar, pertanda
bahwa mereka akan segera berangkat. Ibunya hanya menatap hingga mobil tersebut
lenyap dari pandangannya. Ia kemudian masuk dan menyelesaikan pekerjaan rumah
sebelum ia berangkat ke sekolah untuk mengajar.
Mobil yang mengantar Caken bersama Ratih
adiknya kini berhenti di sekolah Ratih. Ratih segera turun dari mobil tersebut.
Ia berpamitan kepada ayah dan kakaknya. Pemberhentian berikutnya adalah sekolah
Caken yang tak jauh dari sekolah adiknya sebelum ayahnya pergi ke tempat
kerjanya. “Makasih ya pa, uda anterin Caken ke sekolah. Papa hati-hati ya di
jalan” kata Caken kepada ayahanda tercinta setibanya di sekolah. “Iya! Papa
berangkat ya” jawab pak Farles ayahnya Caken. Caken langsung ke ruangan
belajarnya. Ternyata galih datang lebih awal dari Caken. “Lih, kenapa kamu
datangnya lebih awal? Nggak biasanya tuch?” tanya Caken keheranan. “Itu karena
hari ini aku piket, makanya aku datengnya lebih awal” jawab Galih. Tak lama
kemudian bel tanda mulainya kegiatan di sekolah berbunyi. Semua anak bergerak
menuju ruangan belajar mereka. Hari itu proses belajar mengajar di sekolah
berjalan dengan lancar dan tak terasa kini waktu belajarnya telah selesai.
Semua anak teriak kesenangan. Mereka memasukan alat tulis menulis ke dalam tas
kemudian pulang ke rumah tercinta. Ketika keluar kelas, tatapan Caken tertuju
pada salah seorang perempuan. Wajahnya cantik dan rambutnya panjang. Dia
berbisik kepada Galih dan berkata, “Lih itu siapa?” “Yang mana?” tanya Galih.
“Itu, cewek yang pake tas warna pink dan rambutnya panjang sambil memegang
handphonenya” seru Caken sambil tetap melirik orang yang dia maksud. “Oh? Dia
itu murid baru di sekolah kita. Namanya Pritty. Dia sekarang duduk di kelas XI
IPA1. Ada apa kamu nanya kayak gitu? Kamu naksir ya sama dia? Ngaku
aja dech!” tanya Galih. “Nggak kog. kamu
itu sembarangan aja. Aku tuch baru lihat dia di sekolah kita , makanya aku
nanya sama kamu donk” Caken membalas pertanyaan sobatnya itu. “Yauda, jangan
dipikirin lagi. Mending sekarang kita pulang, setelah itu kita langsung
ngerjain tugas dari Pak Rei guru fisika itu. Kita kerjanya di rumah kamu aja, gimana?”
usul Galih. “Ok. Aku setuju” balas Caken. Keduanya kini melanjutkan perjalanan
mereka yang tertunda.
Sore harinya Caken telah berada di ruang
tamu dengan beberapa buku pelajaran si atas meja. “Kog Galih belum dateng juga?
Katanya mau kerjain tugas. Mungkin dia lagi sibuk kali ya?” kata Caken dalam
hatinya. Tak lama kemudian Galih pun datang. “Sorry ya Ken, uda nunggu lama.
Soalnya aku harus bantu beresin pekerjaan di rumah dulu” kata Galih. “Iya dech,
aku maafin. Yuk kita langsung kerja aja” kata Caken. Galih segera mengeluarkan
buku-buku dari tasnya, kemudian keduanya langsung mengerjakan tugas tersebut. Setelah
satu jam lewat, akhirnya pekerjaan rumah mereka dapat diselesaikan juga
“Akhirnya selesai juga” seru Galih pada Caken. “Iya nih. Soalnya lumayan berat
juga ya Lih. Untung kita punya buku referensi yang banyak, jadi bisa dikerjain”
sambung Caken. “Betul sekali. Dan aku beri skor 100 buat kamu” pintal Galih.
“Hahaha… Kamu ini ada-ada aja. Kita ini lagi belajar bukan ikutan kuis
berhadiah tau?” jawab Caken. “Iya, aku tau kog. lagian kita kan baru saja kerja
tugas, di mana otak kita telah bekerja keras, jadi kita perlu refreshing lah.
Jangan terlalu memaksakan otak kita untuk bekerja terlalu banyak, ia kan butuh
isirahat juga. Terus belajar itu nggak harus serius kan? Yang penting belajar
itu menyenangkan. Betul nggak?” jawab Galih. “Iya ya. Kamu itu seperti seorang
professor aja yang sedang menerangkan materi kuliahnya” sambung Caken. Keduanya
pun tertawa bersama-sama. “Aku pulang dulu ya, soalnya uda malem. Sampai ketemu
di sekolah” pamit Galih sambil melambaikan tangannya. “Iya” jawab Caken sambil
membalas lambaian teman karibnya itu.
Fajar telah menyingsing, pertanda hari yang
baru telah tiba. Caken bangun dari tempat tidurnya dan kemudian menjalankan aktivitas
yang seperti biasanya. Setibanya di sekolah ia bertemu dengan Pritty di depan
pintu pagar. Ia segera menghampiri wanita tersebut. Ia berkenalan dengannya
saat dalam perjalanan ke kelas masing-masing. Percakapan antara Caken dan
Pritty terjadi. “Sampai jumpa lagi ya Pritty” seru Caken kepada wanita pujaannya itu. Pritty
hanya menatap Caken dengan mata yang memesona. “Cie, ada yang uda mulai berubah
nich?” tiba-tiba Galih muncul dari arah belakang dan mengejutkan Caken. “Siapa
yang berubah, emangnya aku power ranger?” tanya Caken pada Galih. “Ya, secar
fisik sich kamu itu nggak berubah dan kamu juga bukan power ranger. Tapi, di
lain sisi tingkah lakumu telah berubah. Awalnya kamu minder banget dengan yang
namanya perempuan. Akan tetapi semuanya sirna setelah aku melihat kejadian yang
baru saja terjadi. Bukankah begitu?” jelas Galih pada sobatnya sambil menaikan
kedua alis matanya. “Semuanya kan butuh proses dan semua orang tentu punya
alasan untuk berubah kan? Jadi, apa salahnya kalau aku menjadi sedikit
agressif? Uda jangan dibahas lagi. Kapan-kapan baru kita membahasnya kembali.
Yuk kita ke kelas” ajak Caken. Keduanya ke kelas sambil berangkulan kegirangan.
Caken masih saja bingung dengan perasaannya. Ia tak tahu mengapa sampai ia bisa
menyukai Pritty. “Apa aku sedang jatuh cinta ya? Kog perasaanku nggak karuan
gini ya? Apa dia juga merasakan hal yang sama sepertiku? Ah, masa bodoh. Aku
nggak mau mikirin hal yang aneh-aneh.” Seru Caken di dalam hatinya.
Keesokan harinya Caken menceritakan semua
perasaan yang sedang ia alami kepada sahabatnya, Galih. “Jadi begitulah yang
sedan aku rasain” kata Caken. “Hmmm… Itu namanya kamu sedang Jatuh cinta!” kata
Galih kepada sahabatnya. “Jatuh cinta memang suka membuat hati kita gundah
namun juga membuat hati kita senang. Kita terjebak dalam dua rasa yang berbeda
ini dan kamu harus memahaminya. Kamu menyukai Pritty tapi kamu tak tahu alasannya
mengapa sampai kamu menyukainya. Itulah yang dinamakan cinta. Cinta itu datang
tiba-tiba. Ia tak pernah memilih orang untuk singgah dihatinya. Cinta itu juga
buta tak memandang siapa yang ia cintai. Cinta itu juga tulus bro, keluar dari
dasar hati yang paling dalam. Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, sebab
jatuh cinta itu seru dan menyenangkan. Hari-hari pasti akan terasa sangat
berharga. Lebih tidak asyik jika kita tak pernah merasakan yang namanya jatuh
cinta, karna di saat itu jkita tak pernah memberi kesempatan bagi diri kita
untuk mencintai seseorang. Jadi, turuti saja apa kata hatimu. Jika hatimu
berkata bahwa kamu menyukai Pritty, ungkapin aja perasaanmu. Masalah diterima
atau ditolak itu urusan belakangan. Kalau kita tak pernah mecoba berarti kita
tak pernah tahu apa hasilnya” seru Galih. “Benar juga apa yang kamu bilang.
Memang dalam urusan cinta kamulah jagonya! Oke dech, akan ku turuti saranmu” Caken
berkata dengan keyakinan yang kuat setelah mendengar ucapan dan saran dari sahabatnya.
“Itu lebih baik” sambung Galih.
Sepulang sekolah Caken menghampiri Pritty.
Ia berniat untuk mengajak Pritty jalan-jalan. “Hai Pritty! Kamu mau nggak, sebentar
sore kita jalan-jalan?” tanya Caken. “Boleh tuch, tapi ke mana?” Pritty balik
bertanya. “Ke mana aja dech” jawab Caken. “OK!” seru Pritty dengan wajah
kegirangan karena diajak Caken. “Oh ya, aku minta nomer hpmu donk, biar aku
bisa hubungi kamu sebentar sore” seru Caken pada wanita cantik tersebut. “Ni
nomer hpku” jawab Pritty. “OK, thanks ya! Sampai ketemu sebentar sore” kata
Caken sambil meniggalkan Pritty. Percakapan kedua orang tersebut pun berakhir.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan kembali. “Aku harus mencari tahu jawaban
dari perasaan yang sedang ku alami. Semua jawaban itu ada pada Pritty. Hanya
prittylah jawaban dari misteri perasaanku. Aku tak mau ada orang lain yang
mendahuluiku mendapatkannya” Caken berkata dalam hatinya.
Sore harinya Caken dan Pritty bertemu di
sebuah mal. Pritty terlihat sangat cantik sekali sore itu dengan memakai baju
kaus putih dengan celana jeansnya. Penampilannya sangat berbeda dari
sebelumnya. Hal ini tentu saja semakin membuat Caken merasa tertarik padanya. “Kamu
terlihat cantik sekali hari ini” puji Caken pada Pritty. “Ah, biasa aja!” jawab
Pritty dengan malu-malu. Mereka berdua akhirnya jalan bersama di dalam mal
tersebut. Mereka membeli barang, bermain, saling cerita dsb. Hari itu adalah
hari yang sangat spesial bagi Caken maupun Pritty. Keduanya bersenang-senang
hari itu. Tak terasa malam telah menyelimuti bumi. Caken dan Pritty
menghentikan aktivitas mereka dan beranjak ke rumah masing-masing. “Thanks ya
Pritty, uda mau nemenin aku jalan-jalan hari ini” kata Caken pada Pritty. “Iya,
makasi juga karena kamu uda bikin aku senang hari ini.” “Hari uda malam,
sebaiknya kita segera pulang. Orang tua kita pasti nyari kita kalau belum
pulang” seru Caken. “Betul juga. Sampai ketemu lagi ya dan thanks atas
semuanya” seru Pritty sambil meninggalkan Caken. “Hari yang sangat
menyenangkan” kata Caken dalam hatinya. Ia pun beranjak ke rumah.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah
Caken menemui Pritty kembali. Keduanya kelihatan makin akrab saja. “Pritty, aku mau ajak kamu
ke suatu tempat. Gimana, kamu mau nggak?” tanya Caken. “Mau ke mana lagi? Kita
kan uda jalan seharian kemarin” tanya Pritty penasaran. “Ada dech. Yang penting
kamu mau aja. Mau ya?” rayu Caken pada gebetan barunya itu. “Iya dech aku mau”
jawab Pritty. “Sampai ketemu ya?” ucap Caken sembari meninggalkan gadis
berparas cantik tersebut. “Kenapa kamu ngajak aku ke pantai?” tanya Pritty saat
mereka berdua tiba di tempat yang dijanjikan Caken kepadanya. ”Aku ngajak kamu
ke sini karena kamu orang yang spesial di mataku. Kalau aku lagi kesal, lagi
bosen, lagi bête dan sebagainya aku sering datang ke sini. Di sini aku bisa
merasa sedikit terhibur dengan pemandangan laut yang begitu indah. Di sini pula
aku dapat mengagumi keindahan dari Sang Pencipta dan aku merasa dekat denganNYA.
Aku pokoknya senang sekali dengan panorama laut. Kalau kamu suka nggak?” tanya
Caken pada Pritty. “Oh, jadi begitu alasannya. Aku juga suka sama pemandangan
laut. Saat melihat indahnya alam aku merasa nyaman sekali” cetus wanita 16
tahun tersebut. “Wah, berarti kita punya kesamaan donk?” ucap Caken sambil
melirik pujaan hatinya itu. “Bisa dibilang begitu” jawab Pritty dengan agak
malu. Keduanya menghabiskan waktu bersama di pantai, memandangi sang surya yang
akan masuk ke tempat peraduannya. Warna kuning keemasan yang bertabur di laut
biru menambah indahnya suasana di kala itu. Apa lagi hati Caken tengah
berbunga-bunga bagai taman di Surga.
Hari demi hari yang mereka habiskan selalu
bersama akhirnya menimbulkan perasaan saling suka antara mereka berdua. Pritty
mulai terlena dengan indahnya cinta. Baru kali ini ia merasakan yang namanya
jatuh cinta. Ia merasa tertarik kepada Caken. Hari-hari bersama dengan Caken
ingin diulangi kembali. Ia merasa tenang dan bahagia bila berada di sisinya. Ia
ingin sekali mengungkapkan perasaannya kepada Caken, tapi itu tak mungkin
karena dia adalah seorang wanita. Tidak mungkin ia berkata “I love you” pada Caken.
Di mana-mana itu kuda yang cari rumput bukan rumput yang cari kuda. Pritty
menunggu dengan sabar akan datangnya hari di mana Caken akan mengungkapkan
cinta kepadanya. Ia pun memendam semua perasaannya itu. Begitu pula yang
dialami Caken. Caken ternyata telah jatuh cinta kepada Pritty saat jumpa
pertama. Tapi, ia menyembunyikan perasaannya tersebut. Sebenarnya dia ingin
mengungkapkan perasaannya, tapi mengapa ia selalu merasa tak bisa. Ia mencari
cara bagaimana agar Pritty tahu bahwa dia suka padanya. Akhirnya, Caken
mengutarakan masalah yang sedang ia alami pada sahabatnya, Galih. “Jika itu
yang kamu rasakan, ungkapin aja kali? Jangan jadi cemen begitu donk? Berani
dikit kenapa? Emangnya nanti ada yang gebukin kamu gitu? Nggak ada kan? Aku
bilang sama kamu ya, jangan pernah takut untuk jatuh cinta! Ingat kata-kataku.
Jika kamu memendam perasaanmu dan tak mau mengungkapkannya, itu berarti kamu
menyiksa dirimu sendiri” seru Galih memberi saran dan masukan kepada Caken.
Caken hanya diam saja. Ia memikirkan kata-kata sahabatnya. Setelah sekian lama
berdiam diri akhirnya Caken berbicara, “Baiklah! Aku akan nembak Pritty, tapi
aku nunggu saat yang tepat” ucap Caken dengan sangat yakin seakan baru saja
mendapat penyegaran setelah mendengar perkataan Galih tadi. ”Awas, keburu
diambil sama orang lain kalau kamu terlalu lama nyatakan cintanya” kata Galih
memperingati.
Caken memutuskan untuk mengajak Pritty
nonton bersama. Tentu Pritty sangat senang mendengar ajakan Caken dan ia
menerimanya. Mereka pergi ke bioskop. “Kamu mau nonton film yang mana, horror,
drama, aksi, komedian atau apa?” tanya Caken. “Kita nonton Harry Potter aja.
Katanya episode terbarunya uda keluar. Judulnya itu The Deathly Hallowes. Ceritanya
pasti seru. Gimana?” Pritty balik bertanya. “Kalau begitu mau kamu, yauda”
jawab Caken sambil mengajak Pritty untuk membeli tiket serta makanan ringan
sebagai pengganjal perut saat nonton nanti. Saat tayangan selesai dan mereka
akan pulang segera saja Caken menahan langkah Pritty. Dengan hati yang sangat
berdebar beserta perasaan yang bercampur aduk, Caken mencoba untuk berkata, “Pritty,
sebenarnya aku malu. Malu sekali untuk ngomongin ini ke kamu. Tapi, aku
memberanikan diri untuk mengungkapkannya. Mungkin inilah saat yang tepat.
Sebenarnya aku telah jatuh cinta padamu saat pertama kali aku melihat mu di
sekolah. Tapi, aku takut untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya yang sedang ku
rasa. Aku menyembunyikan perasaanku ini. Aku tahu bahwa aku tak harus terus
begini, sembunyi di balik kenyataan yang ada. Meskipun bibirku terus berkata
tidak, tapi hati ini terus memancarkan sinarnya. Dan tak dapat ku pungkiri lagi
bahwa aku suka padamu. Aku tak bisa menggambarkan perasaanku hanya lewat
kata-kata saja, karena itu tak cukup. Aku tak tahu mengapa? Aku pengen tahu,
apa kamu juga merasakan hal yang sama?” tanya Caken pada Pritty. Saat itu
Pritty sangat senang sekali. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, hari itu
datang juga. Hari di mana Caken mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya
kepadanya. Iya tersenyum di saat Caken menyatakan cinta kepadanya. Pipinya memerah
bagai tomat. Dengan perasaan senang bercampur malu Pritty membalas pertanyaan
yang dilontarkan kepadanya, “Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama.
Hari-hari yang telah kita lewati bersama membuatku selalu dekat denganmu. Aku
merasakan kenyamanan dan ketenangan saat aku berada di sisimu. Sehingga aku
juga telah jatuh cinta padamu. Aku tak mungkin mengatakan ini duluan karena aku
cewek dan kamu tentu mengetahuinya. Dan jujur, baru kali ini aku rasain yang
namanya jatuh cinta. Kamulah orang yang telah membuatku terbuai dengan indahnya
cinta.” “Jadi, kamu juga merasakan hal yang sama” tanya Caken sekali lagi
seperti tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Pritty hanya
menganggukan kepala, pertanda bahwa pernyataan Caken benar.
Hati Caken langsung berbunga-bunga setelah
mendengar semuanya. Pikirannya seakan terbang menembusi awan. Ia tak perlu
menanyakan kepada Pritty lagi bahwa apakah ia sudah punya seorang kekasih atau
belum karena telah mendengar penjelasan dari Pritty sendiri bahwa ia baru
pernah merasakan jatuh cinta. “Kalau begitu, maukah kamu menjadi pacarku?”
tanya Caken lagi sambil menatap kedua bola mata Pritty. “Iya, aku mau” jawab
Pritty dengan lembutnya sambil kedua tangannya menggaruk lehernya tak jelas. Ia
seperti salah tingkah di hadapan Caken. Saat itu juga, rasa takut Caken untuk
mengungkapkan perasaannya telah sirna setelah berjumpa dengan sang pujaan hati.
Ternyata saran dari sahabatnya sangat berguna sekali. “Pritty, 2 minggu lagi
aku harus menghadapi UAN, jadi kita tak bisa menghabiskan waktu bersama lagi
seperti hari-hari kemarin karena aku akan lebih fokus dalam hal belajar. Aku
harap kamu bisa memahaminya ya?” ucap Caken menjelaskan kondisinya yang sekarang.
“Iya aku ngerti kog. Kamu jangan khawatirkan aku ya. Kamu fokus saja dengan UAN
biar nantinya kamu bisa lulus” jawab pacar baru Caken itu. Ternyata di balik
parasnya yang cantik, Pritty juga memiliki hati yang mulia. Ia sangat
pengertian, baik, ramah terhadap siapa saja, murah senyum, suka membantu dan sebagainya.
Caken sangat beruntung memiliki pacar seperti Pritty.
Kini Caken dan Pritty tak bisa menghabiskan
waktu bersama lagi karena Caken akan mempersiapkan diri untuk mengikuti UAN
yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Sebagian besar waktunnya dipakai
untuk belajar. Ia tak mau mengecewakan keluarga, sahabat dan pacarnya kalau ia
tak berhasil nanti. Dia ingin menunjukan bahwa ia dapat melewati masa sulit
seperti ini dengan membuahkan hasil yang gemilang. Di saat hari pertama Caken masuk
ruang ujian, ternyata Pritty jatuh sakit. Ia sakit demam. Panasnya tinggi
sehingga orang tuanya memutuskan untuk membawa Pritty ke Rumah Sakit. Pritty
mendapat perawatan intensif di sana. Kedua orang tuanya sangat khawatir dengan
kondisi buah hati mereka. Mereka menjaga Pritty setiap waktu. Ia harus tetap
mendapat dukungan moril dari kedua orang tuanya agar ia lekas sembuh.
Caken tak mengetahui bahwa pacarnya
sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit. Ia punya firasat yang kurang baik akan
kabar dari pacarnya, namun semuanya itu ia tahan demi menjalankan UAN yang
telah berada di batang leher. Ia menghilangkan semua kecurigaannya itu kemudian
fokus dengan setiap butir soal yang akan ia hadapi. Caken melewati hari-hari
ujian dengan baik. Namun, tiba-tiba salah seorang teman dekat Pritty menelpon
Caken. Ia segera memberitahukan kabar mengenai Pritty yang sedang dirawat di
Rumah Sakit. Hati Caken tiba-tiba berubah, dari senang menjadi sedih. Ia sangat
khawatir dengan keadaan kekasihnya itu. Caken segera mengunjungi pacarnya di
Rumah Sakit yang telah disebutkan. “Semoga Pritty uda agak baikan” seru Caken
sambil berlari ke ruangan Pritty. Di sana ia bertemu dengan kedua orang tuanya.
Caken menyarankan kedua orang tuanya untuk pulang dan beristirahat sejenak dan
biarlah Caken yang menjaga Pritty karena kedua orang tuanya sangatlah letih.
Mereka kelihatan sangat lunglai karena menjaga anaknya. Kedua orang tuanya
menuruti saran Caken. “Pritty, aku minta maaf sekali ya. Sewaktu kamu sakit aku
tak berada di sisimu untuk menghiburmu. Aku betul-betul sangat khawatir dengan
kondisimu sekarang. Aku rela menjagamu hingga kamu pulih kembali. Maafin aku ya
kalau nggak menjagamu selama ini” seru Caken meminta maaf pada sang kekasih. “Kamu
tak perlu minta maaf kog. Aku ngerti akan keadaanmu. Lagian kamu ada di sini, aku
merasa sangat senang sekali karena bisa melihatmu lagi. Kondisiku sudah agak
baikan kog. Kata dokter, besok aku sudah bisa balik ke rumah lagi. Jadi kamu
jangan khawatir ya?” jawab Pritty yang di kala itu badanya masih lemas namun ia
senang kerena Caken mengunjunginya. Caken perhatian betul sama Pritty sehingga
rela menemaninya di Rumah Sakit. Ini bukti bahwa Caken sungguh mencintainya.
Waktu berjalan sangat cepat sehingga hari
pengumuman hasil UAN pun tiba. Pritty sudah sembuh dari sakitnya. Ia mengikuti
acara pengumuman tersebut. Ternyata SMA N 1 JAKARTA lulus 100%. Semua anak
melompat kegirangan. Mereka senang mendengar berita bahagia tersebut. Ada pula
yang menangis karena merasa terharu. Kebahagiaan itu juga dirasakan oleh
Pritty. Ia senang bahwa Caken lulus dalam UAN tersebut. Ucapan selamat pun
segera ia lontarkan kepada kekasihnya itu. Caken menatap dalam-dalam wajah
Pritty dan kemudian ia berkata, “Terima kasih ya Pritty atas semua kebaikan dan
perhatianmu selama ini ke aku. Aku sangat senang sekali berada di sampingmu.
Aku inign sekali mengulang kembali hari-hari di mana kita saling tertawa dan
bersama. Tak akan kulupakan semua kenangan manis yang telah kau beri dalam
hidupku ini. Aku sungguh merasakan betapa indahnya cinta saat denganmu. Kau
telah memberi warna tersendiri di dalam hidupku. Namun, sebentar lagi aku akan
meninggalkan sekolah ini dan akan melanjutkan studi. Berarti kita tak bisa
bersama lagi. Aku takut dengan kepergianku ini kamu menjadi sedih.” “Kamu tak
usah takut ataupun sedih. Malahan aku senang kog. Aku rela kau pergi. Itu semua
kan demi kebaikanmu juga, demi masa depanmu nanti. Aku bangga dan senang sekali
bisa bertemu dan berkenalan denganmu. Apalagi telah menjadi pacarku. Bagiku kau
adalah sesuatu yang sangat spesial di mataku. Kau telah mengajarku banyak hal.
Semua kebaikan yang kau lakukan padaku tak akan pernah ku lupakan. Meski jarak
dan waktu memisahkan kita berdua, tapi aku yakin jika kita memang berjodoh
Tuhan pasti mempertemukan kita kembali kog.” jawab Pritty dengan wajah
tersenyum tetapi hatinya berat untuk meniggalkan Caken, pujaan hatinya. Tapi
apa boleh dibuat. Inilah yang telah digariskan olehNYA. Kita hanya menjalankan
saja. Sesuatu pasti indah pada waktunya. Meski berat, tapi Pritty harus
merelakan kekasihnya untuk pergi. Inilah kenyataan hidup yang harus diterima.
Jika kita berani untuk mencintai seseorang maka kita juga harus siap untuk
mengalami masa-masa sulit, di mana kita harus rela meninggalkan orang yang kita
sayangi demi mencapai tujuan dan cita-citanya. “Ternyata benar. Jatuh cinta itu
menyenangkan ya. Aku baru pernah merasakannya. Ternyata jatuh cinta tak seburuk
dengan apa yang selama ini kupikirkan. Hubungan asmara kita bisa langgeng jika
kita sendiri yang manjaga dan merawatnya. Untuk kali berikutnya jika cinta itu
hadir kembali akan aku biarkan mengalir seperti air saja. Benar juga kata
pepatah, lupakan masa lalu, biarlah itu menjadi kenangan. Jangan pikirkan masa
depan karena kita hidup di zaman sekarang. Jadi jalani apa yang ada saja” Caken
berkata dalam hatinya.
Kini Caken dan Pritty akan menempuh jalan
hidup maisng-masing. Mereka tak akan lagi bersama. Namun itu semua tak membuat
jalinan pertemanan mereka berakhir. Semua itu membuat mereka mengerti akan arti
kehidupan dan belajar untuk menerima kenyataan yang ada. Mereka juga mengerti
arti sebuah cinta setelah mereka berdua saling jatuh cinta. Jadi, jangan takut
untuk jatuh cinta ya? Jika kamu merasakannya, tentu kamu akan merasakan
pengalaman yang berbeda dari pengalaman-pengalamanmu yang sebelumnya.
TAMAT
KUMPULAN
CERPEN DAN PUISI
Created
by: Charlly Sermatan
Kumpulan
cerita-cerita seru dan menarik serta puisi-puisi yang bisa menyentuh hati anda.
Tak ada
hasil tiruan dari manapun, melainkan ini adalah hasil kreativitas sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar