Saya menulis artikel ini karena saya ingin
berbagi pengalaman yang indah dengan kalian semua. Saya harap ini bisa membawa
berkat juga bagi kalian yang telah menyempatkan diri untuk membaca tulisan ini.
Semoga kalian semua bisa menikmati cerita ini.
Saya percaya dengan sungguh apa yang telah ku
dengar dan yang telah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri dan yang telah
saya alami di sepanjang hidup ini. Saya menunggunya dengan sabar dan hasilnya
sungguh di luar prediksi (1Korintus 2:6). Tuhan membuka jalan
bagiku, dan jika saya hitung berkat-Nya maka tak terbilang jumlahnya. Saya
sampai tak percaya dengan perubahan yang ku alami dan sempat saya pernah
bertanya "Apakah ini saya?"
Saya benar-benar dibentuk oleh-Nya. Bahkan harus
rela menderita untuk menanggung segala sesuatu yang tidak mengenakkan
sekalipun. Juga harus menerima resiko yang sebenarnya tak pantas untuk saya
terima (Luk 9:23). Namun dari situ saya belajar sesuatu yang berharga. Saya
belajar dari sosok pribadi yang luar biasa yakni Yesus Kristus yang mampu
melewati siksaan yang begitu berat untuk menebus dosa kita semua di dunia ini
(Ibrani 2:17), yang selalu berserah dan bergantung kepada Allah Bapa. Meskipun
dalam kemanusiaan-Nya pernah meminta untuk cawan itu berlalu dari-Nya tetapi
Dia tetap taat kepada kehendak Bapa bahkan sampai mati di kayu salib.
Meskipun terkadang saya tak memahami masalah yang
ku hadapi, tetapi saya tetap berharap pada-Nya. Dia yang memberikan pengertian
dan hikmat untuk bisa memahami semua yang terjadi di dalam hipud saya. Jujur, secara pribadi saya sering mempersoalkan
sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang saya kehendaki. Namun secara perlahan
persepsi itu mulai hilang dari diri ini. Saya mulai memandang sesuatu dengan
sudut pandang yang lebih luas. Tidak hanya berdasarkan pengertian saya sendiri.
(Amsal 19:19)
Saya sadari bahwa dulu saya juga pribadi tidak
terlalu sering berdoa dan mengucap syukur. Bahkan makanpun saya tak sempat melakukannya.
Apa lagi saat ingin tidur, sangat jarang. Kalian pasti tahu kan bagaimana kalau
rasa kantuk itu sudah mulai menghampiri kita? Pasti kebanyakan dari kita
langsung meresponnya dengan menutup mata dan akhirnya kita semua berada di
bawah alam sadar kita. Memang hati kecilku selalu mengingatkan ku tentang hal
itu, tetapi saya abaikan begitu saja. Iblis memang benar-benar berhasil untuk
membujukku dan melaksanakan keinginannya. Tapi, kenyataan di atas berbading
terbalik dengan kehidupanku sekarang. Setelah saya menerima Yesus Kristus secara
pribadi sebagai Tuhan dan Juru selamat, hidup saya benar-benar diubah. Hidup saya
benar-benar dipulihkan (Efesus 4:24). Saya menyadari bahwa saya tak layak dihadapan-Nya,
tetapi Dia dengan tangan terbuka mau menerima saya tanpa melihat apa yang
menjadi kekurangan dalam diri saya. Saya sangat bersyukur dengan hal itu. Saya
bisa merasakan kehangatan cinta yang Dia berikan kepada saya. Semua pergumulan
hidup seakan tak mampu ku lewati tetapi Dia sungguh memberikan kekuatan kepada
saya untuk bisa mengatasinya (Filipi4:21). Dia yang menjadi penghibur dan
pemberi semangat dengan Firman-Nya. Dari Firman-Nya saya bisa memandang dengan
jelas jalan mana yang harus aya tempuh dan jangan sampai itu membawa saya
kepada jurang kebinasaan.
Tak bisa dipungkiri cinta kepada siapapun
menuntut pengorbanan. Pengorbanan tersebut harus dibuktikan dengan tindakan
yang nyata, tidak berdasarkan ungkapan kata-kata belaka yang tak punya esensi
sedikitpun. Tuhan sendiri telah menunjukan kepada saya dan kepada kita semua
bahwa ia sangat mengasihi kita dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai
korban sembelihan yang murni, kudus, dan tak bercela sedikitpun untuk
memulihkan hubungan kita dengan-Nya (Yohanes 3:16). Sungguh suatu teladan yang
sudah sepatutnya kita ikuti dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Mari di
dalam hidup, kita saling mengasihi. Menjadi anaka-anak Allah dengan melakukan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Kita mengasihi, karena
Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19). Jangan pernah meyimpan
dendam dengan orang lain karena itu akan menimbulkan pertengkaran dan membuat
tali persaudaraan menjadi renggang. Belajarlah untuk saling mengampuni di dalam
Tuhan, karena Tuhan mengajarkan kita agar tetap bertumbuh di dalam kasih-Nya
yang luar biasa.
1 Yohanes 4:12
“Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika
kita saling mengasihi, Allah tetapdi dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di
dalam kita”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar