KADO NATAL YANG
TERINDAH
(Created by:
Charlly)
Hari ini suasana sangat ramai.
Semua orang sibuk dengan aktivitasnya. Yandri terus menunggu dengan sabar
jemputannya ke kampus. Meski berasal dari keluarga yang berkecukupan, Yandri
lebih memilih naik bus ke sekolahnya, daripada diantar oleh pak supirnya dengan
mobil mewah. Dengan memakai switer hitam dan merangkul tas berwarna hijau yang
hanya memiliki 1 tali, ia berjalan ke kios yang tak jauh dari terminal untuk
membeli kemasan air minum setelah itu ia balik lagi. Terlihat senyuman kecil di
wajahnya setelah ia meminum air kemasannya. Air kemasan itu akhirnya bisa menghilangkan
rasa dahaganya karena cuaca setempat sangat panas.
Tak
lama kemudian kendaraan beroda 8 datang. Semua orang berebutan naik untuk mencari
tempat duduk. Yandri pun tak mau ketinggalan dan tak ingin agar terlambat ke
kampus, soalnya pelajaran di kampusnya mulai pukul 09.00 sedangkan jam
tangannya menunjukkan pukul 08.20 waktu setempat. Ia menerobos penumpang yang
lain dan berhasil mendapatkan tempat duduk di bagian belakang bus. Kini semua
penumpang telah berada di dalam bus. Tanpa menunggu lama pak supir langsung menginjak
pedal dan bus langsung meluncur.
15
menit kemudian bus tersebut berhenti di depan sebuah bangunan yang megah. Tidak
salah lagi itu adalah kampusnya Yandri. Yandri dan beberapa orang lainnya turun
dari bus tersebut sambil membayar ongkos pada kaneknya. Setelah turun dari bus
Yandri langsung bergegas ke ruangannya. Di sana sudah ada teman-temannya yang
duduk sambil bercerita. Ia meletakan tasnya di kursi kemudian duduk sambil
menuggu pelajaran dimulai. “Yandri! Tumben kamu datang lebih awal?” terdengar
seruan dari belakangnya. Ternyata itu Fleming, teman Yandri waktu SMA. Mereka
biasanya selalu bersama. Bagai magnet sama besi saja layaknya. “Eh kamu Ming! Aku
kira siapa? Aku datangnya lebih awal soalnya aku nggak mau terlambat lagi. Aku
uda males!” jawab Yandri dengan tersenyum. “Haahahahhaha” Fleming tertawa
nyaring mendengar ucapan sahabatnya. “Kenapa kamu tertawa Ming?” tanya Yandri
penasaran. “Nggak ada apa-apa kog!” jawab Fleming singkat.
Tiba-tiba
Lindung, guru mata pelajaran fisika telah ada di kelas. Semua anak memberi salam.
Tanpa membuang-buang waktu, pak Lindung langsung memulai pelajaran hari itu.
Fleming dan Yandri mengikuti pelajaran dengan serius, mencatat poin-poin yang penting
di buku masing-masing dan menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada
mereka berdua. Tak terasa waktu belajar di kampus telah usai. Semua anak
membereskan peralatan tulis menulisnya dan meninggalkan kampus serta menuju ke
rumah tercinta. Kegiatan di kampus berakhir pada sore hari.
Dalam
perjalanan pulang Fleming mengajak Yandri untuk memancing karena esok adalah
hari Sabtu, hari di mana kampus libur, “Gimana Yan, jadi nggak?” “Gimana ya? Ea
dech!” jawab Yandri. “Mantap! Aku jemput ya, ingat jam 1 aku ke rumahmu!” “Iya,
iya” jawab Yandri singkat. Mereka berpisah di persimpangan jalan. Yandri pergi
ke tempat pemberhentian bus untuk mengantarnya pulang ke rumah. Setibanya di
rumah, ia tak melihat kedua orang tuanya. Setelah ia mencari ke sana dan
kesini, namun hasilnya nihil. Hanya ada bibi Ivan yang telah menyiapkan santap
malam di meja. Yandri memang jarang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya
karena mereka sangat sibuk. Ayahnya seorang pengusaha sedangkan ibunya seorang
perawat. Tentu waktu mereka banyak tersita untuk pekerjaan mereka. Namun
demikian, Yandri tak pernah mencari perhatian di luar dengan menggunakan
narkoba dan obat-obatan terlarang atapun free seks. Ia lebih memilih untuk
berbagi pengalaman bersama sahabatnya, Fleming. Ia pun baranjak ke kamarnya,
menaiki tangga yang spiral. Ia langsung membaringkan badannya di atas kasur
yang empuk. Tangannya merangkul Naruto, boneka kesayangannya yang selalu
menemaninya saat tidur. Matanya perlahan mulai tertutup dan akhirnya ia pun
tertidur. Mungkin karena letih jadi Yandri tidur lebih awal dari biasanya.
Sang
surya kini telah merayap keluar dari tempat peraduannya. Memancarkan sinar
kehidupan bagi semua makhluk hidup serta membangunkan Yandri dari tidur
lelapnya. Yandri akhirnya bangun sambil merentangkan tangannya! Rasanya ia
ingin tidur kembali saja. “Wah, uda jam berapa ini ya?” tanya Yandri pada
dirinya sendiri. Matanya langsung diarahkan pada setiap sudut ruangan kamarnya,
guna mencari jam wekernya yang setiap hari selalu membangunkannya. Akhirnya
Yandri menemukannya. Ternyata sudah jam 9 pagi. Yandri berdoa, merapikan tempat
tidurnya dan kemudian pergi sarapan. Sarapannya telah tersedia di atas meja
makan. “Tuan, makan dulu! Sarapannya telah siap” kata bibi Ivan pada Yandri.
“Makasih bi! Ayah dan ibu di mana? Kog mereka nggak sarapan bi?” tanya Yandri
dengan keheranan. “Ayah dan ibu tuan sudah berangkat pagi-pagi sekali. Katanya
ada urusan yang harus diselelsaikan” jawab bibi Ivan. “Gitu ya?” seru Yandri
dengan wajah yang cemberut kerena ia harus sarapan pagi tanpa ayah dan ibu
tercinta. Yandri kemudian menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah itu
ia pergi mandi dan mengganti pakaiannya. Kemudian ia mengambil laptopnya,
memeriksa emailnya, membuka FB dan mencari beberapa informasi di internet.
“Wah,
gawat! Uda setengah satu ni. Sebaiknya aku menyiapkan peralatan memancing,
karena sebentar lagi Fleming datang. Aku tak mau diomelin lagi ama anak itu.
Pedis telingaku mendengar semua ocehannya, namun niatnya baik kog. Ia mau untuk
aku disiplin.” Kata Yandri dalam hatinya. Ia pun segera mematikan laptopnya
kemudian mengembalikan ke tempat semula. Setelah itu Ia menyiapkan segala
keperluan yang bersangkutan dengan memancing, seperi kail, senar, umpan dan
sebagainya. Ia tak lupa juga untuk membawa bekal, guna mengganjal perut mereka
pada waktu memancing nanti. Setelah itu ia duduk di depan rumah sambil menunggu
Fleming, partnernya. Tak lama kemudian terdengar bunyi sepeda motor, makin lama
makin terdengar dengan jelas dan Yandri kenal betul dengan suaranya. Tak salah
lagi itu adalah Fleming. Fleming berhenti tepat di depan rumah Yandri. “Buruan
Yan, kalo nggak kita nggak bakalan kebagian tempat” teriak Fleming. “Emangnya
kita mau nonton pertandingan sepak bola, jadi harus cepat-cepat ya?” tanya
Yandri sambil berjalan ke arah Fleming dengan menenteng peralatan pancingnya. “Hahahaha…”
Fleming tertawa terbahak-bahak sampai-sampai menggetarkan pohon-pohon di
sekitarnya. “Uda siap mas?” seru Fleming. “Uda pak!” jawab Yandri singkat. “Let’s
go!” Fleming menyalakan mesin dan mereka meluncur dengan cepat ke tempat tujuan.
Setelah
menempuhperjalan kurang lebih 10 menit, akhirnya mereka berdua sampai juga di
tempat tujuan. Suasana di sana sangat sejuk. Pepohonan yang rindang menambah
indahnya suasana di kala itu, meskipun sang raja siang berada pada puncaknya.
Anginnya sepoi-sepoi dan airnya terlihat begitu tenang sekali. Yandri dan
Fleming mengeluarkan peralatan pancing mereka, mencari tempat yang cocok
kemudian mereka mulai memancing. Mereka bersandar di bawah pohon yang besar,
yang melindung mereka dari sengatan raja siang. “Untung kita dapet tempat yang bagus
banget, yang melindungi kita dari sinar matahari. Kalo nggak, bisa gosong semua
badanku!” seru Yandri. Fleming hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya
tadi. Tiba-tiba tali pancing Yandri mulai bergerak. Ia tahu bahwa ikan
sementara memakan umpannya. Dengan teknik yang tinggi Yandri menarik
pancingannya. Ditariknya dengan sekuat tenaga. Wah! Apa yang terjadi? Ternyata
Yandri mendapatkan ikan yang cukup besar. “Beruntung banget kamu Yan, baru mancing
aja uda dapet ikan segede ini.” teriak Fleming sambil tak melepaskan
pandangannya pada ikan hasil pancingan Yandri, seperti tak percaya dengan apa
yang baru saja terjadi. “Jangan banyak bicara saja kamu, tapi bantu aku untuk
ngeluarin kailnya.” cetus Yandri. Keduanya kemudian mengurus ikan tersebut.
Setelah selesai baru mereka melanjutkan kegiatan mereka kembali.
Kini
sang fajar telah berada di ufuk barat dan akan kembali ke tempat peraduannya.
Pertanda bahwa malam akan tiba. Yandri dan Fleming membereskan peralatan
pancing dan hasil pancingannya. Setelah selesai kedua langsung pulang. Hasil
tangkapan merea pun lumayan. Mereka ke rumah Yandri. Sesampainya di sana
keduanya langsung membersihkan hasil tangkapan mereka, kemudian memasaknya dan
menyantapnya. Bibi Ivan sempat menawari diri untuk membersihkan ikan-ikan hasil
tangkapan Yandri dan Fleming, tetapi keduanya menolak. Mereka lebih senang
mengerjakannya tanpa membuat orang lain menjadi sibuk. “Eh, Fleming! Kita kan
diberi tugas dari guru biologi untuk mencari informasi tentang pengertian dari gen, inget nggak? tanya Yandri pada
sahabatnya. “Inget, inget. Kalo begitu kita langsung ke warnet aja untuk
nyelesain tugas kita ,biar nggak repot ntar. Aku mandi di rumahmu ya, OK?” seru
Fleming.
Yandri
dan Fleming melaksanakan rencana yang telah mereka buat, yakni ke warnet untuk
mencari tugas. Mereka menemukan banyak informasi mengenai tugas mereka,. Mereka
mengumpulkan gambar-gambarnya juga, agar lebih memerjelas tugas tersebut.
Setelah selesai keduanya langsung pulang. Karena esok adalah hari minggu, hari
di mana semua orang kristiani meluangkan waktu untuk mengucap syukur pada Tuhan
Yang Maha Kuasa, karena telah memberkati dan memberi rezeki kepada mereka
selama seminggu. Begitu pula Yandri dan keluarganya. Maka Yandri tidur lebih
awal agar bangun tidak kesiangan pada keesokan harinya. Ia menyetel wekernya
tepat jam 5 pagi agar membangunkannya nanti. Yandri membaringkan badannya,
memejamkan mata dan tak lama kemudian ia terlelap dalam mimpi yang indah.
Kring…..!!!
Kring….!!! Jam weker milik Yandri mulai berbunyi, memecah heningnya pagi di
rumahnya. Yandri langsung bangun dari
tidurnya, mematikan wekernya dan berdoa. Setelah itu ia bergegas mandi dan
siap-siap ke Gereja. Selesai berpakaian ia langsung pergi ke ruang tamu, duduk
di atas sofa berwarna putih sambil memegang Alkitab di tangan kanannya.
Menunggu kedua orang tuanya agar ke Gereja bersama. “Ayo kita berangkat, takut
terlambat.” seru ibu Yandri. Mereka menggunakan mobil untuk barangkat dan ayah
Yandri sendiri yang menyetir. Perjalanan ke Gereja kurang lebih 5 menit.
Setibanya di sana mereka sekeluarga langsung mencari tempat duduk yang belum
ditempati orang. mereka mendapatkan tempat duduk di bagian tengah.Tak lama
kemudian Perayaan Ekaristi dimulai. Pada saat salam damai Yandri melihat
seorang gadis yang sebaya dengannya berada tepat di depannya. Parasnya cantik
dan elok. Tapi Yandri belum tahu siapa namanya. Segera saja Yandri berjabatan
tangan dengannya sambil memperkenalkan dirinya. “Yandri” sahutnya. Gadis itu
pun membalas dengan suara yang lembut “Clara.”
Selesai Perayaan Ekaristi,
Yandri langsung menghampiri Clara di pintu masuk dengan tujuan meminta nomor
telepon Clara. Tujuan Yandri tercapai pada saat Clara memberikan nomor
teleponnya. Tak tahu mengapa, Clara juga merasa tertarik pad Yandri. “Mungkin
ada kemistri yang kuat antara kami berdua” kata Clara dalam hatinya. Berharap
agar apa yang ia prediksikan tidaklah salah. Setibanya di rumah, Yandri bergegas
mengganti pakaiannya dan kemudian menemui Fleming, sahabatnya. Ia menceritakan
kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Fleming hanya
mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan dari Yandri. “Jadi, begitulah
ceritanya” kata Yandri dengan hati yang berbunga-bunga karena sementara dilanda
kasmaran. Fleming hanya diam saja. Tak lama kemudian dia mulai berbicara:
“Yandri, tau nggak? Sebenarnya Clara itu temanku juga” katanya sambil menepuk
bahu Yandri. “Benarkah? Clara adalah temanmu?” kata Yandri dengan wajah yang
berseri-seri. Fleming hanya mengangguk dengan pasti akan pernyataan yang
disampaikan padanya. “Berarti kamu bisa jadi perantaranya dong?” sambung
Yandri. “Iya iya! Akan ku usahakan hingga hubungan kamu dengan Clara bisa berjalan
dengan lancar. Tapi, inget satu hal! Aku nggak mau jadi orang yang suka
ngungkapin perasaan orang lain. Jadi, jika kamu ingin Clara menjadi pacarmu,
maka kamu harus menembaknya secara jantan. OK? Satu hal lagi! Ini adalah moment
yang sangat penting. Kesempatan berharga bagimu untuk mendapatkan cintanya,
daripada kamu terus sendiri dan terus menerus dilanda kesepian?” kata Fleming.
“Itu sudah pasti. Jadi, jangan khawatir!” jawab Yandri sambil memeluk Fleming.
Setelah mengungkapkan perasaan
yang di alaminya pada Fleming, Yandri segera balik ke rumah. Hati Yandri kini
tengah dilanda virus-virus cinta, sehingga ia perlu dokter cinta yang dapat
menangani penyakit yang sedang ia alami. Ia memutuskan untuk mengadakan
pertemuan dengan Clara. Tanpa berpikir terlalu lama, ia segera mengambil
handphone yang ada di atas meja belajarnya kemudian ia mengirim pesan kepada
Clara yang isinya adalah ajakan untuk bertemu di taman kota. Yandri sangat
berharap agar Clara menyetujuinya. Kini ia hanya bisa menunggu balasan dari
Clara mengenai ajaakannya. Ia menunggu dengan sabar. Dan tiba-tiba hpnya
berbunyi. “Semoga ini adalah balasan dari Clara” pinta Yandri di dalam hati. Ia
menggapai hpnya. Ternyata memang benar dugaan Yandri. Itu adalah balasan dari
Clara. Ia membuka pesan tersebut dengan jari-jemarinya dan membaca isinya.
Yandri merasa sangat senang sekali ketika ia mengetahui bahwa Clara menyetujui
permintaannya. Mereka berdua sepakat untuk bertemu keesokan harinya pukul 17.00
di taman setelah Yandri pulang dari kampus. Yandri melompat kegirangan di
kamarnya. Tak tahu kenapa hatinya begitu senang sekali hari itu. “Apakah ini
yang dinamakan cinta?” tanya Yandri dalam hatinya “Biarlah semuanya mengalir
seperti air saja” sambungnya.
Sore harinya, Clara telah berada
di taman seperti janji mereka kemarin. Ia sengaja datang lebih awal untuk
menikmati pemandangan yang ada di sana. “Semoga hari ini menyenangkan!” katanya
dalam hati. Clara duduk di bangku taman yang tak ditempati orang. Matanya
memandang lingkungan sekitar, dilihatnya pepohonan, bunga-bunga yang tengah
bermekaran, seperti hatinya sekarang.
Aroma bunga mawar yang menghiasi seluruh taman dan mendengar kicauan
burung-burung yang menambah indahnya suasana di sore itu. Tiba-tiba sebuah
sentuhan lembut mendarat tepat di bahu Clara dan tentu saja hal itu
mengagetkannya. Clara memutar badannya. Ia ingin tahu bahwa siapa yang telah
mengagetkannya. Ternyata itu adalah Yandri. “Yandri , ternyata itu kamu. Bikin
kaget aja” kata Clara dengan suar yang lembut dan wajahnya yang memerah. “Uda
lama di sini ya?” Tanya Yandri. “Uda, sekitar setengah jam yang lalu” jawab
Clara. Obrolan antara Yandri & Clara pun dimulai. Mereka saling berbagi
cerita dan pengalaman, bertukar pendapat serta mengenal lebih dalam mengenai pribadi
masing-masing. Dialog antara dua orang yang tengah jatuh cinta ini akhirnya
menenggelamkan sang surya. Dan tak terasa hari kini telah berubah menjadi
malam. “Yan, uda malam ni. Esok lagi baru dilanjutin” seru Clara. “Iya ni, uda
malem. Kita pulang aja. Aku boleh mengantarmu pulang malam ini, soalnya aku
pengen tau di mana kamu tinggal” pinta
Yandri. Clara tak punya alasan untuk menolaknya. Mereka berdua segera
meninggalkan taman dan beranjak pulang. “Yan, makasi ya uda antar aku pulang”
kata Clara setelah tiba di rumahnya. “Ah, biasa aja kali? Aku balik ya, soalnya
esok masih ke kampus” jawab Yandri. “iya. Hati-hati di jalan ya?” kata Clara
menasehati. Bayangan Yandri perlahan mulai lenyap di hadapan Clara. Setelah
melihat sang pujaan hati kembali, Clara berjalan ke kamarnya. Ia kemudian duduk
di atas tempat tidurnya sambil membayangkan kembali kejadian yang baru saja
berlalu. “Betapa senangnya bisa ngobrol sama Yandri. Rasanya ada yang berbeda
saat aku bersama dengannya. Oh, Tuhan. Semoga dia adalah orang yang telah kau
titipkan untuk bersama denganku” Clara berdoa dalam hatinya.
“Gimana Yan, ngobrol ama si
Clara?” tanya Fleming di kampus. “Wah, seru banget Ming. Clara memang asyik
untuk diajak ngobrol. Aku nggak bosen cerita ama dia meski seharian” jawab
Yandri. “Aku nggak kuat lagi ming tuk nahan rasa yang ada di dalam dadaku ini.
Rasa sayang dan cintaku ama Clara. Ini sangat menyiksa bahtinku Ming, jika tak
ku ungkapkan! Tapi, aku takut ia berpaling dan
memberi jarak. Gimana
donk? Kasi saran ama aku.” sambung Yandri. “Gimana ya? Ikuti aja apa kata
hatimu. Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, Yan. Jika
kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu sendiri yang akan menangis,
jauh lebih pedih karena saat itu kamu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi
cinta. Mengapa kamu tak mengungkapkan cintamu bila kau memang mencintainya,
meskipun kau tak tahu apakah cinta itu ada juga padanya?” Fleming menjelaskan.
“Betul sekali perkataanmu” Yandri menimpali. “Aku tak mau menunggu terlalu lama
untuk nyatakan cinta. Meskipun pertemuannya begitu singkat namun tak disangka
aku langsung terhipnotis olehnya” kata Yandri dengan tekad yang membara bagaikan
kobaran api.
Dalam
perjalanan pulang, Yandri dicegat oleh beberapa pemuda yang sebaya dengannya.
Ia tak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya saat itu. “Apa-apan ini?”
tanya Yandri pada
mereka semua. Salah seorang pemuda memegang leher baju yandri kemudian
menyandarkannya di tembok. Yandri jadi panik. Ia ketakutan dengan perlakuan
para pemuda tersebut. “Jadi, kamu yang bernama Yandri itu?” tanya seorang
lelaki kepada Yandri sambil melangkah ke hadapannya. “Hei, kamu! Jagalah adikku
baik-baik ya? Aku tak mau ia tersakiti untuk sekian kalinya. Aku tak mau lihat
adikku menetaskan air mata lagi, karena banyak cowo yang telah menyakitinya.
Aku percaya pada kamu. Ku titipkan adikku sama kamu. Aku tak ingin dia sedih
lagi, OK?” sambung lelaki itu. “Maaf ya, bukannya aku menolak tetapi adik yang
mana maksud anda?” Yandri balik bertanya. “Nama adikku Clara” jawab lelaki itu.
“Cla.. Cla.. Clara? Jadi, kamu adalah kakaknya?” seru Yandri dengan gemetar.
Lelaki itu hanya menganggukan kepalanya. “Baik, akan ku laksanakan tugasku
dengan sepenuhnya. Aku janji takan membuatnya sedih lagi” seru Yandri yang saat
itu masih tak percaya bahwa orang yang ada di hadapannya adalah kakak Clara.
“Jika kamu aku dapati menyakiti adikku, tak segan-segan aku akan memukulmu
sampai babak belur. Paham?” sambung pemuda tadi. Seusai perbincangan tersebut
kakak Clara beserta dengan pemuda yang lain pergi meninggalkan Yandri. Yandri
awalnya takut saat dicegat, tetapi ketakutannya hilang saat kakak Clara
mengungkapkan maksud kedatangannya. Yandri kini semakin mantap dengan pilihan
hatinya ketika ia berjumpa dengan pemuda tersebut yang adalah kaka Clara.
Yandri kemudian meneruskan perjalanannya yang tertunda.
Keesokan harinya Yandri mampir
di rumah Clara setelah pulang dari kampus. Tujuannya bertemu dengan Clara. Hari
itu juga Clara tidak ke mana-mana. Ia ada di rumah. Clara kaget dengan
kedatangan Yandri yang mendadak. Ia langsung mengajak Yandri masuk ke dalam.
“Maaf ya, kalau aku nggak bilang pengen ke rumahmu. Ada sesuatu hal yang perlu
ku sampaikan kepadamu” kata Yandri. “Tidak apa-apa, tapi lain kali kabarin ya
kalau kamu mau main ke rumahku” jawab Clara dengan tersenyum. Yandri
menggenggam tangan Clara. Hal ini membuat Clara menjadi bingung. Tiba-tiba
Yandri berkata, “Clara…” detak jantung Yandri makin lama maikn kencang bagai
dipukul beduk. “Aku cinta padamu. Aku tahu bahwa ini terlalu cepat untuk
dikatakan, tapi aku tak kuat lagi untuk memendam rasa ini. Jika tak dikeluarkan
akan makin menyiksa bahtinku. Meski kita belum lama bertemu tapi inilah
perasaanku yang sesungguhnya padamu. Aku ingin kamu jadi pacarku. Apa kamu mau?”
sambung Yandri. Hal tersebut tentu saja mengejutkan Clara. Clara tak tahu bahwa
Yandri akan mengungkapkan isi hatinya hari itujuga. Clara juga merasakan
perasaan yang sama seperti yang dialami Yandri. Clara diam sejenak. Setelah
beberapa saat Clara mulai angkat suara, “Yan, sebenarnya aku juga merasakan hal
yang sama. Saat pertama kali kita bertemu kau telah membuatku jatuh cinta
setelah sekian lama aku tertidur karena luka yang telah digoreskan dalam hati
ini. Dan hari ini kau telah membangunkanku dari tidur lelap itu. Aku percaya
pada sebuah pepatah yang bunyinya begini: Cinta
mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan-kepingan kaca, tapi
tancapkan dalam pikiranmu bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal
lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan-pecahan kaca itu sehingga kamu akan
menjadi utuh kembali” dan kaulah orangnya. Jadi sudah pasti aku mau jadi
pacarmu. Tapi, berjanjilah padaku bahwa kamu tak akan meninggalkanku agar aku
tak kespeian lagi!”
Yandri sangat senang sekali saat Clara menyetujuinya. Setuju menjadi pacarnya.
“Aku berjanji tak akan meninggalkanmu dan akan selalu bersamamu. Aku akan
mencintaimu dari kekurangan maupun kelebihanmu dan menerimamu apa adanya” seru
Yandri. “Esok aku pengen ajak kamu ke suatu tempat, mau nggak” tanya Yandri.
“Mau, tapi ke mana?” tanya Clara. “Nanti kamu akan tahu tempatnya. Aku nggak
bakalan ngapa-ngapain kamu, yang penting kamu mau. Uda dulu ya, aku mau pulang.
Cuma itu yang pengen aku sampaikan” jawab Yandri. Tak lama kemudian Yandri berlalu dari pandangan Clara. Yandri
merasa lebih tenang setelah mengungkapkan isi hatinya kepada Clara dan merasa
senang sekali saat Clara mau menjadi pacarnya. Kini hubungan Clara & Yandri
naik satu tingkat, dari teman menjadi pacar.
Keesokan harinya Yandri bersama
dengan Clara oergi ke tempat yang disebutkan Yandri kemarin. Clara begitu
mempesona ketika sampai di tempat itu. Di sana ia bisa melihat tatanan kota,
pemandangan yang indah, berbagai tanaman bunga dan sebagainya. Sungguh tempat
yang luar biasa. Ia bisa merasakan betapa agung san Penciptanya.”Ini tempat
yang sangat menarik dan sungguh luar biasa. Aku sangat menyukainya” kata Clara
pada Yandri, gebetan barunya. ”Ini adalah tempat favoritku. Tempat di mana aku
meluangkan waktu saat sedih. Dari sini aku bisa melihat pemandangan yang indah
dan hal itu bisa membuatku sedikit terhibur. Dengan hadirmu di sini, suasananya
pasti tak sepeti dulu lagi. Akan lebih indah karena kau sekarang bersamaku”
Yandri menjelaskan. Keduanya menghabiskan waktu di sana hingga petang. Suasana
di sana makin mesra. “Ya, Tuhan. Terima kasih karena kau telah memberiku
pendamping yang sangat penyayang. Semoga Kau selalu bersama dengan kami
sehingga hubungan kami berjalan dengan lancar” seru Yandri dalam hati. Mengucap
syukur kepada Tuhan atas Berkat yang telah ia terima. “Clara, ini adalah awal.
Ke depan pasti kita akan mengalami banyak tantangan dan cobaan atas hubungan
yang telah kita jalin. Apakah kau bersedia menjalani semuanya bersamaku?” tanya
Yandri. “Tentu! Yang penting kita saling percaya satu sama yang lain,
pengertian, tidak cepat bosen dan sabar dalam mengatasi semua masalah yang kita
hadapi. Cinta kita tak akan kuat Yan, jika tidak diuji, betul nggak?” jawab
Clara meyakinkan Yandri. Setelah selesai berbincang-bincang keduanya pulang ke
rumah masing-masing.
Yandri tak segera pulang
melainkan menyempatkan diri untuk berbagi suka cita yang ia alami dengan
Fleming sahabatnya. “Begitulah Ming ceritanya” kata Yandri. “Kalu begitu
selamat ya atas perjuanganmu. Ternyata tak sia-sia kamu ku bimbing selama ini”
jawab Fleming. Keduanya pun tertawa bersama-sama. Meski orang-orang sering
memanggil yandri dengan sebutan PemBaLap
(Pemuda Berbadan Gelap) namun masih ada orang yang mau
mencintainya apa adanya, yakni Clara. Ia tak memandang dari segi fisik
melainkan sikap dan pengorbanan yang telah Yandri lakukan. Ia juga beranggapan
bahwa fisik belum tentu menggambarkan sifat orang tersebut. Ada orang yang wajahnya
tampan, namun hatinya seperti penjahat. Sebaliknya ada orang yang wajahnya
jelek, namun hatinya bagaikan malaikat.
Hari itu juga natal telah dekat.
Impian Yandri akan terwujud pada tahun ini yakni melewati malam natal bersama
dengan seseorang yang ia cintai, yaitu Clara. Ia tak membayangkan hal ini
sebelumnya. “Tidak semua hal yang kita inginkan itu baik bagi kita. Sementar
itu, hal-hal yang tak terduga kerap kali
justru menjadi berkat bagi kita” sahut Yandi dalam bahtinnya. “Tuhan memang
Maha Baik. Tahu betul akan apa yang kita mau dan selalu membuatnya indah pada
waktunya. Clara adalah kado Natal yang terindah yang pernah aku dapatkan. Semua
ini berkat dari Tuhan. Aku patut mensyukurinya” sambung Yandri. Akhirnya,
Yandri dan Clara melalui hari Natal dengan penuh suka cita.