Minggu, 07 Mei 2017

HAPPINESS





Kebahagiaan bagiku merupakan sesutau yang sulit untuk kuungkapkan dengan kata-kata yang indah. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan, apalagi dengan orang yang kita cintai dan sayangi. Kebahagiaan hadir setelah melalui banyak peristiwa di dalamnya, yang memiliki kenangan tersendiri dalam hidup kita jika kita mengingatnya kembali. Kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dengan memulai apa yang kita sukai. Meskipun hal itu tergolong sederhana dan terkadang menjadi suatu hal yang kampungan (norak) di mata orang lain. Namun percayalah, setiap ukuran kebahagiaan yang dirasakan setiap orang itu berbeda, tidak dapat  disamaratakan.
Banyak pengalaman hidup yang bisa menjadi pelajaran bagi kita sebelum mencapai puncak kebahagiaan yang kita inginkan. Untuk mencapai kebahagiaan yang kita inginkan, sudah pasti ada suatu pengorabanan yang  akan kita lakukan. Entah itu berupa materi maupun non-materi. Bagi kita, itu bukan menjadi suatu masalah selama ada niat dan tekad yang kuat dalam diri kita untuk mencapai garis akhir yang telah kita tentukan sendiri. Seperti para pelari marthon yang harus bersusah payah, menghabiskan tenaganya bahkan nafasnya terengah-engah sebelum sampai pada garis yang bertuliskan “FINISH”. Di sana kita akan melihat senyum merekah di wajah mereka tanpa memikirkan kesulitan yang baru saja mereka lewati. Sungguh luar biasa semangat yang ditunjukan para pelari tersebut.
Aku pernah membaca sebuah tulisan kuno yang mengatakan bahwa, menang dalam sebuah perlombaan bukan tujuan utama, tetapi menjadi bagian di dalamnya yang membuat sebuah perlombaan menjadi menarik. Intinya, kita semua harus menikmati setiap kegiatan yang kita lakukan. Terlepas dari berat atau susahnya suatu aktivitas tersebut. Karena dengan begitu kita lebih mudah untuk menyelesaiakannya. Pada akhirnya kita akan mengetahui bahwa kebahagian itu akan muncul dalam kehidupan kita hanya jika kita mencintai segala sesuatu yang kita lakukan. Terkadang senang bahkan derai airmata menghiasi setiap perjalanan yang kita tempuh untuk mencapai kebahagian yang kita inginkan. Tetapi satu hal yang harus kita camkan dalam hati bahwa kita harus menjadi sesuatu yang bisa memberikan dampak bagi orang lain sehingga kebahagian kita ikut tersalurkan juga kepada orang lain.

Jumat, 06 Januari 2017

UAS - Apa yang harus kita lakukan?



Beberapa hari yang lalu, atau tepatnya setelah usai tahun baru yang dirayakan oleh banyak orang, akhirnya saya memasuki masa Ujian Akhir Semester atau kita kenal dengan istilah UAS.
Liburan kali ini tidak terlalu lama dan menurut saya itu lebih baik.
Ada satu kebiasaan yang saya miliki jika UAS telah tiba, yakni bermain game.
“Kog main game sih, gak belajar?”
Wait! Jangan men-judge sebelum ada penjelasan lebih lanjut.
Intensitas belajar mahasiswa akan naik jika ada tekanan yang dia hadapi, misalnya saja UAS. Banyak mahasiswa yang baru sibuk belajar dengan sistem SKS (Sistem Kredit Semalam), yang membuatnya harus bangun lebih awal untuk belajar ekstra keras. Saya tahu bahwa cara belajar setiap orang tak dapat disama-ratakan. Saya mengerti tentang hal itu.
“Apa hal ini juga dilakukan oleh saya?”
NO!
Hal ini tak berlaku bagi saya. Well, saya akan menjawab pertanyaaan di atas.
Sebenarnya, saya sudah jauh hari mempersiapkan diri untuk menempuh ujian. Entah itu berupa kuis, atau Ujian Akhir seperti sekarang ini. Setidaknya saya menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam sehari untuk belajar mandiri, baca buku tentang materi yang sudah atau akan dibahas, atau mengerjakan soal hitungan yang  telah saya terima teorinya. Biasaya saya belajar sambil mendengarkan musik, dengan asumsi bahwa materi tersebut bisa saya pahami dan ketika musik itu diputas kembali saya mengingat materi yang pernah saya baca.
Ujian bisa saya ibaratkan sebagai medan perang sedangkan prajurit saya ibaratkan dengan mahasiswa dan musuhnya asaya ibaratkan dengan soal ujian yang akan kita hadapi. Maka sebelum ke medan perang, kalian lihat apa yang dilakukan oleh prajurit? Yups, melakukan persiapan, entah itu latihan tembak, berlari, mengatur formasi serang dan sebagainya. Kitapun, sebagai mahasiswa harus demikian. Persiapkan segala sesuatu dengan baik sebelum bertempur.
Jika seorang prajurit pergi ke medan perang dengan membawa senjata lantas kita sebagai mahasiswa pergi mengikuti ujian dengan membawa otak kita. Namun ada satu hal yang sering kita lupa. Apa itu? Kita lupa untuk mengisi amunisi untuk persenjataan yang telah kita bawa. Lalu, bagaimana nanti kita akan mengalahkan musuh tanpa amunisi?
Amunisi yang kita punya tidaklah sama. Ada yang banyak, ada pula yang sedikit, bahkan ada yang tidak memiliki amunisi. Amunisi yang banyak bisa kita dapatkan dengan cara membaca. Jujur, budaya membaca di kalangan mahasiswa terbilang rendah dan mulai memudar. Lebih banyak waktu terbuang dengan meng-update segala aktivitas yang mereka lakukan di media sosial. Ya, saya tahu bahwa itu adalah hak setiap orang, tetapi marilah kita budayakan membaca. Bagaimana kita yang dibilang sebagai agent of change namun kita tidak mampu membawa perubahan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya jika kita tidak memiliki alternatif pemecahan masalah terhadap bangsa kita karena minimnya pengetahuan yang kita miliki di era globalisasi ini. Era di mana inforamasi bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja.
Oke, kembali ke topik pembicaraan!
Dapat disimpulkan bahwa amunisi sangat diperlukan untuk menang dalam pertempuran. Jadi, jangan sampai kita semua ke medan perang tanpa mengisi amunisi terlebih dahulu.
Ujian jangan dijadikan sebagai sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Mungkin kita mendapatkan hasil yang jauh diluar ekspektasi kita. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap cara belajar kita, mungkin waktu kita masih terbilang sedikit saja yang digunakan untuk belajar atau ada yang salah ketika kita belajar. Misalnya saja kita sudah membuat janji untuk belajar kelompok, namuk ketika teman-teman kita sudah datang kita tidak belajar namun asik bercerita tentang ponsel terbaru yang baru saja dikeluarkan oleh brand ternama. Menyesal boleh, ingat kita  masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Gunakanlah dengan sebaik mungkin waktu punya.
Mari kita budayakan belajar setiap saat atau setidaknya ada waktu yang kita luangkan untuk belajar agar pengetahuaan kita tidak stagnam tetapi terus berkembang. Jika  kita tengok kebudaayaan luar, khususnya di Sidney. Jika ada cewek, pohon, dan seorang cowok pasti mereka sedang membaca buku. Kita bandingkan dengan Indonesia. Jika ada cewek, pohon, dan seorang cowok... Kalian tahu apa yang sedang mereka lakukan? Mereka juga sedang belajar. Belajar membaca situasi apakah aman atau tidak untuk melakukan ci**an (Kutipan Dari Dodit). Mari kita tiru budaya yang baik dan kita terapkan dalam kehidupan kita. Jangan kita tiru hal yang negatif dari luar.
Saya tidak bilang bahwa saya sudah sempurna. Saya masih jauh dari kata tersebut. Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam kehidupan saya juga. Saya menulis artikel ini bukan untuk mencari kesalahan, namun saya ingin mengevaluasi diri saya sekaligus agar bisa membenahi diri di waktu yang akan datang.
Hal terkahir yang ingin saya sampaikan adalah jika semua persiapan telah kita lakukan dan kita sudah mengerjakan bagian kita, selanjutnya kita serahkan hasilnya dalam doa dan ucapan syukur kepada Tuhan yang kita kenal. Saya tidak berbicara untuk satu agama, melainkan lintas agama. Apapun yang kita kerjakan, landaskanlah semua itu kepada Dia yang selalu menjaga kita dan memberikan kita kesehatan untuk melalui semua ini. Pecayalah dengan usaha kalian semua dan jangan lupa untuk selalu berdoa.
Jadi, Kalian sudah siap untuk terjun ke medan pertempuran!
Jangan takut, kita pasti menang! Saya yakin kita pasti bisa!
NOTHNG IS IMPOSSIBLE...!

#SelamatTahunBaru2017