Beberapa
hari yang lalu, atau tepatnya setelah usai tahun baru yang dirayakan oleh
banyak orang, akhirnya saya memasuki masa Ujian Akhir Semester atau kita kenal
dengan istilah UAS.
Liburan
kali ini tidak terlalu lama dan menurut saya itu lebih baik.
Ada
satu kebiasaan yang saya miliki jika UAS telah tiba, yakni bermain game.
“Kog
main game sih, gak belajar?”
Wait! Jangan men-judge sebelum ada penjelasan lebih lanjut.
Intensitas
belajar mahasiswa akan naik jika ada tekanan yang dia hadapi, misalnya saja
UAS. Banyak mahasiswa yang baru sibuk belajar dengan sistem SKS (Sistem Kredit Semalam),
yang membuatnya harus bangun lebih awal untuk belajar ekstra keras. Saya tahu
bahwa cara belajar setiap orang tak dapat disama-ratakan. Saya mengerti tentang
hal itu.
“Apa
hal ini juga dilakukan oleh saya?”
NO!
Hal
ini tak berlaku bagi saya. Well, saya akan menjawab pertanyaaan di atas.
Sebenarnya,
saya sudah jauh hari mempersiapkan diri untuk menempuh ujian. Entah itu berupa
kuis, atau Ujian Akhir seperti sekarang ini. Setidaknya saya menghabiskan waktu
kurang lebih 4 jam sehari untuk belajar mandiri, baca buku tentang materi yang
sudah atau akan dibahas, atau mengerjakan soal hitungan yang telah saya terima teorinya. Biasaya saya
belajar sambil mendengarkan musik, dengan asumsi bahwa materi tersebut bisa
saya pahami dan ketika musik itu diputas kembali saya mengingat materi yang
pernah saya baca.
Ujian
bisa saya ibaratkan sebagai medan perang sedangkan prajurit saya ibaratkan
dengan mahasiswa dan musuhnya asaya ibaratkan dengan soal ujian yang akan kita
hadapi. Maka sebelum ke medan perang, kalian lihat apa yang dilakukan oleh
prajurit? Yups, melakukan persiapan, entah itu latihan tembak, berlari,
mengatur formasi serang dan sebagainya. Kitapun, sebagai mahasiswa harus demikian.
Persiapkan segala sesuatu dengan baik sebelum bertempur.
Jika
seorang prajurit pergi ke medan perang dengan membawa senjata lantas kita
sebagai mahasiswa pergi mengikuti ujian dengan membawa otak kita. Namun ada
satu hal yang sering kita lupa. Apa itu? Kita lupa untuk mengisi amunisi untuk
persenjataan yang telah kita bawa. Lalu, bagaimana nanti kita akan mengalahkan
musuh tanpa amunisi?
Amunisi
yang kita punya tidaklah sama. Ada yang banyak, ada pula yang sedikit, bahkan
ada yang tidak memiliki amunisi. Amunisi yang banyak bisa kita dapatkan dengan
cara membaca. Jujur, budaya membaca di kalangan mahasiswa terbilang rendah dan mulai
memudar. Lebih banyak waktu terbuang dengan meng-update segala aktivitas yang mereka lakukan di media sosial. Ya,
saya tahu bahwa itu adalah hak setiap orang, tetapi marilah kita budayakan
membaca. Bagaimana kita yang dibilang sebagai agent of change namun
kita tidak mampu membawa perubahan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya
jika kita tidak memiliki alternatif pemecahan masalah terhadap bangsa kita
karena minimnya pengetahuan yang kita miliki di era globalisasi ini. Era di
mana inforamasi bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja.
Oke,
kembali ke topik pembicaraan!
Dapat
disimpulkan bahwa amunisi sangat diperlukan untuk menang dalam pertempuran. Jadi,
jangan sampai kita semua ke medan perang tanpa mengisi amunisi terlebih dahulu.
Ujian
jangan dijadikan sebagai sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Mungkin kita
mendapatkan hasil yang jauh diluar ekspektasi kita. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi terhadap cara belajar kita, mungkin waktu kita masih terbilang sedikit
saja yang digunakan untuk belajar atau ada yang salah ketika kita belajar. Misalnya
saja kita sudah membuat janji untuk belajar kelompok, namuk ketika teman-teman
kita sudah datang kita tidak belajar namun asik bercerita tentang ponsel
terbaru yang baru saja dikeluarkan oleh brand ternama. Menyesal boleh, ingat
kita masih ada kesempatan untuk
memperbaiki diri. Gunakanlah dengan sebaik mungkin waktu punya.
Mari
kita budayakan belajar setiap saat atau setidaknya ada waktu yang kita luangkan
untuk belajar agar pengetahuaan kita tidak stagnam tetapi terus berkembang. Jika
kita tengok kebudaayaan luar, khususnya
di Sidney. Jika ada cewek, pohon, dan seorang cowok pasti mereka sedang membaca
buku. Kita bandingkan dengan Indonesia. Jika ada cewek, pohon, dan seorang
cowok... Kalian tahu apa yang sedang mereka lakukan? Mereka juga sedang
belajar. Belajar membaca situasi apakah aman atau tidak untuk melakukan ci**an (Kutipan
Dari Dodit). Mari kita tiru budaya yang baik dan kita terapkan dalam kehidupan
kita. Jangan kita tiru hal yang negatif dari luar.
Saya
tidak bilang bahwa saya sudah sempurna. Saya masih jauh dari kata tersebut.
Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam kehidupan saya juga. Saya menulis
artikel ini bukan untuk mencari kesalahan, namun saya ingin mengevaluasi diri
saya sekaligus agar bisa membenahi diri di waktu yang akan datang.
Hal
terkahir yang ingin saya sampaikan adalah jika semua persiapan telah kita
lakukan dan kita sudah mengerjakan bagian kita, selanjutnya kita serahkan
hasilnya dalam doa dan ucapan syukur kepada Tuhan yang kita kenal. Saya tidak
berbicara untuk satu agama, melainkan lintas agama. Apapun yang kita kerjakan,
landaskanlah semua itu kepada Dia yang selalu menjaga kita dan memberikan kita
kesehatan untuk melalui semua ini. Pecayalah dengan usaha kalian semua dan
jangan lupa untuk selalu berdoa.
Jadi,
Kalian sudah siap untuk terjun ke medan pertempuran!
Jangan
takut, kita pasti menang! Saya yakin kita pasti bisa!
NOTHNG IS IMPOSSIBLE...!
#SelamatTahunBaru2017