Selasa, 30 April 2013

everything has canged

Semua Telah Berubah

Hari yang baru
Berkenalan denganmu
Bersama dengan rerumputan
Menari riang dan gembira

Wajah yang cerah
Menghiasi indahnya pagi
Mentaripun ikut memerah
Menghiasi bumi

Perasaanku,
Berlawanan jarum jam
Melangkah perlahan
Di antara semut-semut merah
Cahaya putih menghalau
Tak dapat melihat
Mendekatku, berbisik: “Don’t give up!”

Semut merah pun bersayap
Terbang bebas mengangkasa
Pertanda bahwa semua telah berubah
Dalam hidupku

Rabu, 03 April 2013

Cerpen Pacar Khayalan

PACAR KHAYALAN



Ting… ting… ting… lonceng tanda pelajaran telah usai akhirnya berbunyi. Semua anak langsung bergegas keluar kelas sambil merapikan peralatan tulis menulisnya. Seperti biasa, setelah mendengar ceramah dari guru piket Sari langsung pulang ke rumah. Siang itu agak mendung, sepertinya akan turun hujan. Sari mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di tempat pemberhentian mobil yang jaraknya kurang lebih 500 m dari sekolahnya.
Sari mengangkat jarinya pada sebuah mobil yang mengarah padanya. Mobil itu pun berhenti tepat di samping Sari. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan kemudian pulang. Sari masuk ke kamar, mengganti pakaiannya kemudian ia menuju ke ruang makan. Tiitt.. tiitt.. handphone Sari berbunyi. Namun ia tak menghiraukannya. Ia lebih memilih untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Dan byurrr… akhirnya langitpun menangis. Untung, Sari telah tiba di rumahnya.
Selesai makan, baru Sari melihat handphonenya. “Nomor baru lagi” kata Sari dalam hati. Maaf, boleh tau ini dengan siapa? Balas Sari via Message. Ia kemudian menuggu balasan. Tak berapa lama Hpnya berbunyi. Ternyata orang yang mengirim sms tadi adalah Alex kakak kelasnya sendiri. Begitulah namanya. Alex adalah seorang siswa yang berbakat di sekolah. Dia gemar sekali membuat puisi. Ia luga lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk belajar dari pada bermain. Ia berasal dari keluarga yang tak berkecukupan. Ayahnya seorang tukang ojek sedangkan ibunya hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja. Meskipun begitu, Alex tak pernah mengeluh dengan keadaaan keluarganya. Mereka berdua ahirnya berkenalan. “Dapet nomerku dari mana kak?” tanya Sari. Dari teman kelas kakak sendiri” balas Alex. “Oh, gitu ya?” tanya Sari lagi. “Iya” jawab Alex singkat.
Seminggu telah berlalu. Mereka berdua kini telah menjadi teman dekat, meskipun hanya sekedar sms-an. Meski sering bertemu di sekolah, namum mereka berdua jarang sekali berbicara antar muka. Alex senang bisa berkenalan dengan Sari. Ya, Sari memang anak yang cekatan juga, selain parasnya cantik. Rambut panjang kemilaunya itu selalu memikat stiap mata yang tertuju padanya. Setiap orang yang berpapasan dengannya tak dapat menghindar dari pancaran bola matanya yang begitu indah.
Selamat pagi pak” sapa seseorang separuh baya pada pak Tony, Guru piket hari itu. “Selamat pagi juga. Ada yang bisa saya bantu?” jawab guru tersebut. “Begini pak, kedatangan saya ke sini utnuk mengantarkan tugas buat anak saya, Sari” balas orang tersebut sambil menyodorkan beberapa helai kertas yang telah dijepit kepada guru itu. “Baik pak, nanti saya berikan”. Setelah memberikan tugas anaknya, bapak itu segera pulang.
Alex! Alex!” panggil pak Toni. “Iya Pak!” jawab Alex setengah berlari. “Ada apa Pak?” tanya Alex. “Tolong kamu antarkan ini buat Sari. Katakana bahwa ini tugasnya. Ini baru saja diterima dari bapaknya” kata Pak Tony. “Baik pak!” Alex berjalan perlahan menuju kelas Sari yang Berada di ujung sekolah. Hati Alex deg-degan. Ia sendiri tidak tahu mengapa? Tapi ia tak mau membuat dirinya gugup bertemu dengan Sari.
Pandangan Alex meyebar ke seluruh ruangan yang ia tuju. Ia terus mencari di mana Sari duduk. Ternyata Sari berada tepat di samping kanannya. “Permisi” sapa Alex. Sari sempat kaget mendengar sapaan tersebut, ia mengangkat wajahnya dan mencoba menatap pada orang yang berada di sampingnya. “Kakak!” seru Sari “Sari ini tugasmu. Tadi diantar oleh bapakmu. Makasi ya??” sambung Alex. “Makasi? Bukannya sebaliknya aku yang mengucapkan terima kasih pada kakak??” tanya Sari dengan binggung. Alex hanya tersenyum kecil. ”Makasi ya kak?” seru Sari. “Sama-sama” balas Alex sambil meninggalkan ruangan tersebut.
Ini pertama kalinya Alex bertemu dengan Sari di kelas. “Kenapa tadi jantugnku berdebar tidak karuan ya?? Aku baru pertama mengalami hal ini?” katanya dalam hati. “Ah pusing amat, yang penting tugasnya telah sampai. Aku merasa senang” lanjutnya.
Sekarang Alex sibuk sekali dengan belajar karena beberapa hari lagi ia akan mengikuti ujian sekolah dan ujian Nasional. Sebagian besar waktunya ia gunakan untuk belajar agar bias mencapai hasil yang yang memuaskan.
Hari ini hari pertama bagi Alex untuk menghadapi medan pertempuran, yakni ujian sekolah. “Semoga semuanya berjalan dengan lancar Tuhan” Alex berdoa dalam hati. Alex berhasil melewati masa ujian sekolah dengan baik dan hasilnya juga memuaskan.
Kini tiba saatnya untuk menghadapi “The Real Battle”. The National Examination. Semua peserta ujian berkumpul di depan ruang ujian masing-masing sambil berbaris memanjang ke belakang. Pengawas kini mulai membacakan nama-nama peserta ujian dan mempersilahkan mereka masuk ruangan. “Nah, anak-anak, sebelum kita mulai, mari kita berdoa menurut agama dan keyakinan kita masing-masing agar ujian ini berjalan lancar dan tidak ada gangguan.” ajak pengawas. Semua peserta ujian kemudian menundukan kepala mereka dan berdoa pun dimulai.
Akhirnya hari untuk mengumumkan hasil ujian telah tiba. Semua siswa berkumpul di dalam ruangan untuk mendengar hasil. Sebagian lagi berada di luar. Semua peserta merasa deg-degan saat itu. Mereka menundukan kepala. Suasana saat hening. Kini pak kepala sekolah telah berada di hadapan mereka semua dengan membawa sebuah amplop coklat. Dari amplop coklat tersebut, beliau mengeluarkan selembar kertas putih yang berisikan hasil dari ujian tersebut.
Horeeeee…!!!” seru mereka secara serempak ketika mendengar bahwa mereka semua dinyatakan lulus. Air mata haru dan bahagia pun mengucur keluar dari beberapa anak. Itu merupakan ekpresi dari ucapan syukur mereka. Seragam mereka yang semula putih bersih, kini telah penuh dengan warna warni. Di seragam mereka terpampang dengan jelas kata “LULUS” dengan senyuman kecil di samping tulisan tersebut. “Selamat ya kak” seru seseorang pada alex. Alex membalikan badan dan menatap orang tersebut. Ternyata Sari telah berada di depannya. “Terima kasih dik” balas Alex sambil mererka berdua berjabat tangan. “Smile” seru Andy, teman kelas Alex kepada mereka berdua. Sari dan Alex kemudian mengambil sikap yang pas untuk difoto, sebagai kenangan. “Oh ya dik, boleh minta tanda tangannya? Di baju ini?” pinta Alex. “Boleh kak” balas Sari. Sari mengambil pena dan kemudian mulai mengukir tanda tangannya. Setelah selesai mereka berdua berpisah.
Malam harinya akan diadakan acara temu pisah dengan Kakak kelas yang baru saja dinyatakan lulus. Acaranya dimulai tepat pukul 19.00, bertempat di sekolah mereka sendiri. Sari membeli sebuah Topi warna hitam dengan sedikit kolaborasi warna biru di depan dan samping topi itu. Ia akan memberikan topi itu saat perpisahan dengan Alex.
Kini jam dinding di Rumah Alex telah menunjukkan pukul 18.30. Alex telah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, tempat di mana acaranya akan dilaksanakan. Ia memakai baju putih yang bergambar tengkorak, celana jeans hitam serta sepatu putih kebanggaannya. Ia terlihat begitu rapi dengan gaya rambut yang disisir ke depan.
Tinggal lima menit lagi acara akan segera dimulai. Alex terlihat gelisah. Dari tadi ia terus menatap setiap anak yang datang ke acara itu. “Kamu kenapa Lex?” tanya Andy yang telah memerhatikannya dari tadi. “Menunggu seseorang” balasnya singkat.
Acara akhirnya dilaksanakan. Alex masih saja merasa cemas. “Sari kog tidak kelihatan? Apa Ia tidak datang hari ini?” tanya Alex pada dirinya sendiri. Tiba-tiba, hpnya bergetar. Ia segera mengeluarkannya. Ternyata itu sms dari Sari. “Maaf ya kak, aku tidak bisa hadir malam ini. Sebenarnya aku ingin hadir sekali, tapi aku tak diberi izin oleh ibuku. Aku anak perempuan satu-satunya, jadi sangat dijaga ketat. Oh iya, aku ada titipan buat kakak. Kakak bisa ambil dari Ani, temanku. Sekali lagi aku minta maaf ya tidak bisa datang malam ini. Alex sebenarnya sangat mengharapkan kedatangan Sari malam itu, tapi pupus sudah semua harapannya setelah membaca sms Sari tadi. Ia kemudian dikejutkan dengan suara seseorang yang memanggil namanya. “Ini kak, ada titipan buat kamu. Dari Sari.” kata seorang perempuan yang memakai gaun putih panjang beserta topi bundar berwarna merah di kepalanya. Alex menerima titipan itu sambil berkata “Terima kasih” kemudian ia mengenakannya. Meskipun Sari tak hadir, acara tetap saja berlangsung.
Alex membuat janji untuk ketemu dengan Sari keesokan harinya di sekolah karena ada sesuatu yang ingin diberi alex. Apa yang diterima Sari? Sebuah kartu berwana merah. Berbentuk pesegi panjang yang dihias sedemikian rupa sehingga enak dilihat, yang bertuliskan namanya sendiri. Disertai dengan sebuah kalung dari kerang-kerangan. Alex kemudian mengucapkan salam perpisahan padanya, karena sebentar lagi ia akan berangkat untuk melanjutkan studinya. Sari kemudian memeluk alex dan berkata “Hati-hati di jalan ya kak? Semooga apa yang kakak impikan dapat terwujud.” Sari tak tahu mengapa ia bisa memeluk Alex. Ia menjadi bingung apakah itu sebuah pelukan persahabatan atau pelukan cinta. Alex juga mebalas pelukannya.
Sari berjalan ke kelasnya. Ia tak mampu lagi membendung air mata yang telah berada di ujung pelupuk matanya. Air matanya keluar perlahan membasahi wajahnya. Ia tak mau agar Alex melihatnya menangis. Ia tak rela membiarkan Alex pergi, tapi ia harus melakukannya. Itu yang terbaik untuk Alex. Pagi itu memang kelihatan masih sepi. Sehingga tak ada orang yang melihat Sari menangis. Sari duduk seorang diri di dalam kelas sambil menatap hadiah yang baru saja dia terima dari Alex. Ini kali pertamanya ia menerima hadiah dari seorang cowok. Ia merasa begitu senang.
Sesampai di rumah, Sari kemudian masuk ke kamarnya. Ia kemudian meletakan tas di atas meja belajarnya kemudian duduk di atas tempat tidur sambil memegang boneka Tazmania kesayangannya. Sari sebenarnya telah menyukai Alex, karena sosoknya yang periang, selalu tersenyum dengan siapa saja, dewasa dan pengertian. Ia juga baik hati. Sari merasa nyaman bersama Alex. Sifat Alex juga sebagian besar memilki kesamaan dengannya. Ia ingin sekali mengungkapkan perasaannya kepadanya Alex, tapi ia tak sanggup. “Aku sebenarnya ingin memberi tahu rasa ini padamu, tapi aku ingin agar kamu yang bicara duluan” katanya dalam hati. Hal ini membuat sari dilema. Sari adalah seorang yang pendiam, yang sulit sekali tuk ungkapkan perasaannya pada orang lain. Dia tipe orang yang tak banyak berbicara tapi banyak bertindak. Sifatnya di rumah sangat berbeda saat ia berada di sekolah.
Sari akhirnya mengajak Tasya, teman sekaligus adiknya untuk saling berbagi. Ia mengungkapkan semua yang ia rasakan pada tasya. “Begitulah yang ku rasakan saat ini. Apa pendapatmu?” tanya Sari. “jika dia cinta padamu pasti dia akan mengungkapkannya. Cepat atau lambat kita akan tahu jawabannya. Mungkin dia butuh waktu untuk merasakannya” jawab Tasya. “Betul juga apa katamu” sambung Sari membenarkan pernyataan tasya. Hati Sari kini perlahan mulai tenang. Sari juga baru pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta. Selama ini ia tak menaruh sedikit perasaan pada setiap cowok yang berteman dengannya. Alex adalah orang yang beruntung karena telah membuat sari jatuh cinta padanya. Mungkin karena sari merasa nyaman bersama dengan alex.
Sementara itu, Alex kini tengah mengikuti seleksi untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri. Hari-harinya kini tak seperti lagi dengan biasanya. Ia tinggal bersama dengan temannya, Leo. Leo adalah seorang anak yang sangat rajin.
Jalan yuk lex” ajak Leo. “Tapi ke mana?” tanya Alex. “Ke mana aja boleh” jawab Leo. Keduanya langsung bergerak. Mereka naik sebuah angkutan kota. Tujuannya pergi sebuah swalayan ternama di kota itu. Leo lebih mengenal kota itu dari pada Alex, karena sewaktu kecil ia tinggal bersama dengan pamannya selama 6 tahun.
Berhenti pak!” teriak Leo pada pak supir. Leo dan Alex turun dari angkutan tersebut dan melanjutkan perjalanannya. Tempat yang mereka tuju tak jauh dari tempat di mana mereka berhenti. “Gimana dengan kabar Sari lex?” tanya Leo membuka pembicaraan. “Aku belum sempat tanya kabarnya. Lagian pulsaku juga tak banyak. Cuma tinggal Rp. 2.200 aja. Ku pakai untuk hal-hal penting” jawab Alex. “Boleh pinjam hpmu” pinta Leo. Alex menyetujui permintaannya. Tanpa Alex sadari, Leo kemudian mengirim pesan buat Sari. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Leo mengembalikan lagi hp milik Alex. Mereka membeli peralatan mandi dan beberapa bahan makanan di sana. Setelah selesai, mereka berdua langsung pulang.
Tiba-tiba Alex merasakan ada sesuatu yang bergetar di saku celananya. Ia kemudian segera mengeluarkan hp dari saku celana jeans sebelah kanannya. Terlihat dengan jelas nama Sari yang muncul di layar depan. Jari-jarinya dengan cepat menekan tombol pembuka kunci dan kemudian membaca pesan singkat yang baru saja diterimanya.
Kakak, kenapa kakak tega berbuat begitu padaku. Aku kira kakak beda dari semua teman-teman yang pernah aku kenal. Tetapi ternyata aku salah. Salah telah menilai kakak. Kakak sama saja dengan semua temanku. Berteman denganku hanya ada maunya. Aku benci sama kakak!” Alex menjadi sangat terkejut setelah membaca sms tersebut. Ia tak tahu mengapa sampai Sari bisa berbicara begitu padanya. Padahal Alex sama sekali tak berbuat demikian. Pandangan Alex langsung tertuju pada Leo. Leo menatap Alex dengan bingung. “Tadi kamu kirim sms apa buat sari?” tanya Alex dengan nada agak kesal. “Tak ada apa-apa, cuma sekedar untuk minta isi pulsa. Itu aja” jawab Leo dengan santai tanpa mengetahui apa yang telah terjadi. “Kenapa kirim sms begitu? Aduhhh… sekarang dia jadi marah kan? Di tak suka kalau dia tahu kita berteman dengannya hanya untuk dimanfaatin. Leo.. leo…” Alex berkata dengan suara sangat pelan, seakan dia kekurangan asupan oksigen. Alex tahu betul apa yang disukai dan yang tidak disukai Sari.
Dengan tak bersemangat Alex membalas sms dari Sari. Jari-jarinya seakan sulit sekali untuk digerakan. Ia seperti tak punya tenaga lagi. “Maaf dik, tadi itu bukan kakak yang sms tapi teman kakak, Leo.”
Alex kini hanya bisa menunggu balasan apa yang akan ia dapat. Dan tak lama..
Kakak, anggap saja kita tak pernah ketemu. Kakak tak kenal aku, dan aku tak kenal kakak. Kita mulai dari nol kembali” begitulah teks yang ia terima dari Sari, gadis cantik berambut panjang itu. Alex kemudian menelpon Sari dengan tujuan agar lebih memperjelas masalahnya. Karena itu cuma salah paham. Alex sama sekali tak ada maskud untuk memanfaatin sari.
Ia mencoba untuk menelpon, tapi semua percuma. Sari tak menjawab panggilannya tersebut. Dan setelah ia mencoba lagi, apa yang terjadi? Handphone milik Sari telah berada di luar jangkauan alias tak aktif lagi. Leo terus meminta maaf kepada Alex. Berusaha agar Alex mau memaafkannya. Ingin sekali rasanya Alex memarahi Leo, tapi apa daya? Ia tak sanggup. Semuanya telah terjadi dan itu tak bisa diubah. Alex juga sadar ini bukan salah Leo. Ini hanya salah paham.
Satu minggu sudah tak ada percakapan antara Sari dan Alex. Alex merasa sangat bersalah sekali telah mengecewakan Sari, yang telah dia anggap sebagai adik sekaligus sahabat baiknya sendiri. Kini hilang sudah semua kepercayaan yang telah diberikan Sari padanya. Alex tak berhenti memikirkan keadaan Sari saat ini. Selama hidupnya, ia tak pernah menyakiti perasaan seseorang seperti ini. Hari itu juga, Alex mendengar hasil testnya. Ternyata ia belum berhasil. Ia memutuskan untuk balik kembali ke kota tercintanya.
Ketika hendak pergi ke pasar, Alex sempat melihat Sari yang baru saja pulang dari rumah temannya. Alex pun memanggilnya, tapi Sari sama sekali tidak peduli dengannya. Ia seakan tak mendengar suara Alex. Ya, memang betul. Sari masih belum bisa untuk memaafkan Alex. Begitu pula saat pulang Gereja. Alex berusaha mengejar Sari untuk meminta maaf, tapi sekali lagi Sari memilih untuk mempercepat langkahnya dan tak mau berjumpa dengan Alex. Padahal hati kecilnya ingin sekali bertemu. Alex maklum kenapa Sari bisa berbuat demikian.
“Kakak sama sekali tak mengerti dengan perasaanku ya? Aku itu suka sekali sama kamu kak. Aku tak bisa membohongi perasanku ini. Tak tahukah kamu bahwa kakak telah melukai hatiku? Sakit banget rasanya kak! Sakiiiiiit banget. Aku sebel sama kakak, sebeeellll sekali! Kenapa kakak tega berbuat demikian? Tak tahukah bahwa aku ini sangat mencintaimu. Apa yang perlu aku lakukan untuk bisa membuktikan cinta ku ini padamu kak? Apa? Kalau ada tolong katakan. Tolooong. Tapi kini harapanku pada kakak musnah sudah. Setelah kakak menyakiti hatiku. Tak tahukah bahwa aku menangis semalaman ? Karena kakak mau pergi? Tahukah kakak bahwa aku sangat bahagia saat menerima semua hadiah yang kakak berikan padaku? Tak tahu bahwa aku juga menangis saat menulis kata-kata yang aku kirimkan buat kakak beberapa minggu yang lalu? Tak tahukah kakak bahwa kakak selalu menghiasi dunia mimpiku setiap malam? Kak, aku hanya ingin kakak tahu apa yang ku rasakan ini” kata sari pada dirinya sendiri dalam kamarnya. Ia meluapkkan semua amrarahnya dengan memukul bantal tak jelas.
Seminggu sudah kedatangan Alex di rumahnya. Namun ia terlihat begitu murung sekali. Tak seperti biasanya. Apa lagi kalau bukan memikirkan Sari. Hatinya tak bisa tenang sebelum mendapatkan kata maaf dari Sari. Ia selalu berusaha, tapi hasilnya nihil. Hubungan mereka berdua kini tak dekat seperti dulu lagi. Alex mencoba mencari pekerjaan. Ia akhirnya diterima di sebuah hotel berbekal dengan kemampuan bahasa asing yang ia miliki. Ia berkenalan dengan seorang gadis cantik. Ia memilki senyuman indah dan pandangan mata yang memesona juga, layaknya Sari. Ia menjadi pelayan di restoran. Namanya, Nia. Alex jatuh cinta pada Nia saat jumpa pertama. Ia tak dapat berpaling dari tatapan indah Nia yang begitu memikat hatinya.
Kedekatan antara Alex dan Nia di ketahui juga oleh sari. Sari sangat sakit hati sekali saat melihat mereka berdua berjalan bersama. Ya, ia memang tak bisa membohongi perasaannya bahwa ia masih mencintai Alex, meskipun Alex telah melukai hatinya, hatinya seakan patah berkeping-keping. Pecahan hatinya berhamburan di lantai. Ia begitu kecewa sekali saat mengetahui bahwa orang yang ia cintai berjalan bersama dengan orang lain. Mengetahui bahwa Alex tak membalas perasaannya. Ia kemudian sadar bahwa cinta itu memang tak bisa dipaksakan. Ia merelakannya, meski dia tak bisa menahan pedih hatinya. Betapa sakit relung hatinya.
Sari!” panggil seseorang dari jauh saat sari hendak menuju rumahnya. Sari familiar sekali dengan suara itu, tapi siapa? Saat membalikkan badannya, Sari terkejut karena yang memanggilnya adalah Alex. Orang yang selalu hadir dalam setiap pikirannya. Orang yang selalu membuat ia merasa nyaman, orang yang menjadi pujaan hatinya. “Ka…” Sari tak mampu melanjutkan kata-katanya. “Apa adik masih marah sama kakak? Kog setiap kali kakak panggil tak dijawab, cuek dengan kakak. Apa masalah kemarin masih membuat adik tertekan? Kalau memang iya, kakak minta maaf dari ujung rambut sampai ke telapak kaki adik. Kakak sebenarnya bukan bermaksud untuk menyakiti adik. Kakak sama sekali tida punya niat seperti itu. Percayalah! Sekali lagi kakak minta maaf ya?” pinta Alex pada Sari yang dari tadi masih menundukan wajahnya.
Untuk beberapa saat suasana menjadi tenang. Tak ada yang berbicara. “Tidak lagi kak” begitulah kata yang keluar dari bibir mungil Sari. “Makasih banyak ya dik” kata Alex dengan girang. Ia ingin sekali memeluk Sari tapi ia lebih memilih untuk menahan emosinya. “Masih ada lagi yang diomongin lagi tidak kak?” tanya Sari. “Kalo tidak ada, aku pamit pulang ya kak” sambung Sari. “Masih ada dik” jawab Alex. “Kita masih berteman kan? Masih bisa seperti dulu lagi kan?” kini giliran Alex yang bertanya. “Masih kak” balas Sari. “Kamu memang adik yang baik dan paling ku sayang” ungkap pria baik hati ini. Setelah selesai mengobrol, mereka berdua berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
Sari harus menerima kenyataan bahwa selama ini Alex hanya menganggap dia sebagai adik tersayang. Tidak lebih dari itu. Begitu sakit mendengar kata-kata itu saat pertemuan tadi. Ini memang tak adil, tapi ini juga kenyataannya. Sulit sekali rasanya melepaskan orang yang dia sayang pergi bersama dengan orang lain setelah dia merasa nyaman saat berada bersama Alex. “Jika memang semua harus begini, aku terima walau sakit hati. Kak, kau hanya pacar khayalanku saja. Aku hanya bisa bertemu denganmu lewat angan-anganku aja. Semoga kau bahagia dengan pilihan haitmu sendiri. Sudah cukup bagiku untuk melihatmu tersenyum. Ku titip dia untukmu Nia” seru Sari dalam hatinya.


TAMAT