CINTA BUTUH
PENGORBANAN
Hai..
kita bertemu kembali. Hari ini aku tak bisa tidur. Kalian tahu tidak alasannya?
Ada yang mau tebak? Karena aku memikirkan kalian setiap malam! Eh, maaf, kog
jawabannya jadi ngelantur ya.. hehehhehe :D
Nonton?
Eh, yang jawab itu ternyata benar. Tapi tahu tidak film apa yang aku tonton? Ya
benar, drama korea yang lagi digandrungi anak-anak remaja dewasa ini.
Kalian
pasti berpikir aku hanya buang-buang waktu saja bukan? Bukannya tidur lebih
awal dan esok bangun lebih pagi untuk melakukan aktivitas seperti biasanya kan?
Atau mungkin ada juga yang akan berkata aku kurang kerjaan sehingga kerjaannya
nonton melulu sehingga aku tak mempedulikan waktu yang berlalu dengan sangat
cepat sampai akhirnya aku sadar bahwa si jago mulai berkokok, pertanda bahwa
pagi telah tiba.
Sejenak
aku melangkah keluar kamar setelah membereskan tempat tidurku. Ku hirup udara
segar di pagi ini. Sungguh terasa menyehatkan, meskipun tubuhku sedikit menahan
hawa dingin yang mulai menusuk lapisan kulit terluarku. Namun demikian, aku
masih tetap bersyukur karena aku masih bisa diberikan kesempatan hidup di dunia
ini untuk merasakan semua itu. Hal ini sepele bukan? Tapi apa kalian juga
pernah berpikir untuk mesyukuri hal sekecil ini kepada Tuhan?
Bulan
masih terlihat begitu jelas di atas cakrawala. Sepertinya ia sulit untuk
mengucapkan perpisahan kepada kita semua sehingga masih menampakan wajahnya
itu. Sungguh menyedihkan. Apa kalian juga akan takut jika mengucapkan salam
perpisahan kepada seseorang seperti sang rembulan? Tidak, seharusnya pertanyaan
ini mengarah kepadaku.
Ya,
hari aku lagi sedang mencari tahu arti sebuah pengorabanan. Dimana kita
mengorbankan seseorang yang kita cintai untuk suatu kepentingan kalangan
banyak. Salah satu alasan mengapa aku tak tidur juga karena ini. Bukan secara
total aku nonton saja. Aku sekarang bingung dan menimbang keputusan yang bakal
aku ambil dan menganalisis bagaimana perasaannya jika dia tahu aku tega
melakukan itu kepadanya? Menurut kalian aku harus bagaimana? Apakah aku seorang
yang kejam? Tak berperasaan? Atau aku malah mengambil keputusan yang salah jika
aku meninggalkannya dan berlari dengan tugas dan tanggung jawab yang akan
diberikan untukku.
Sebagian
orang mengatakan, “Lepaskan saja. Itu malah akan mengganggumu.” Sebagian lagi
berkata, “Kalau jodoh tak akan ke mana.” Sebagian lagi mengatakan, “Jika kau
tidak melakukannya maka harapanmu akan
hilang.” Apakah yang harus aku lakukan? Entahlah, pagi ini aku berjalan
menyusuri jalan dan berusaha menemukan jawaban atas seluruh pertanyaan yang
berkelut di dalam pikiran ini. Sebenarnya aku memikirkan bagaimana nanti
perasaannya. Kepalaku benar-benar sakit. Untung saja aku tak melakukan sesuatu
yang di luar dugaan. Jangan kalian berpikir aku mau bunuh diri karena hal
sepele ini. Aku tentu bisa melewati ini semua. Lagian aku tak akan pernha
menjadi orang yang hilang harapan kemudian mengkahiri hidupnya dengan
menengaskan.
Pagi
ini, aku langsung menghubungi dia. Sudah lama aku menunggu kesempatan untuk
berbicara dengannya. Berbagi setiap peristiwa yang ku alami akhir-akhir ini. Menjelaskan
sebisa mungkin apa yang sedang aku pikirkan, tidak yang aku khawatirkan. Memang
aku tahu bahwa hidup tak harus selalu khwatir tetapi bagaimana kamu bisa
mengatasi masalah yang sedang kamu alami tanpa menyakiti siapapun. Itulah yang
berusaha aku terapkan dalam menapaki perjalanan hidup di dunia ini.
Aku
pernah membaca sebuah kisah bagaimana seorang ibu yang membiarkan bayinya dipelihara oleh orang lain daripada ia harus
mati menengaskan dengan sebuah pedang karena ibu tirinya tak suka ia hidup di
dunia. Aku juga pernah membaca bagaimana perjuangan seorang lelaki untuk
mendapatka seorang wanita yang ia cintai harus bekerja 10 tahun pada mertuanya
untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Aku juga menonton bagiaman seorang
perempuan yang rela meninggal karena menyelamatkan seorang anaka kecil yang
tenggelam di tengah lautan tanpa mempedulikan orang-orang yang ia cintai,
bahkan dirinya sendiri. Aku juga pernah membaca bagaimana seorang ayah yang
rela mengorbankan anaknya yang tunggal sebagai sembelihan bagi Tuhan dan aku
bertanya pada diriku sendiri bagimana bisa mereka melewati hal-hal tersulit
dalam kehidupan mereka tanpa berpikir panjang padahal mereka belum mengerti apa
yang sebenarnya terjadi?
Setelah
ku cermati dengan baik, alasan mereka melakukan semuanya itu hanya satu yakni
iman mereka. Mereka tak pernah goyah dengan apa yang yakini. Bukan tentang apa tetapi tentang siapa yang
mereka yakini. Aku sekarang mengerti bahwa mereka percaya itu adalah cara
terbaik untu menghadapi segala masalah yang sedang mereka alami daripada kabur
kemudian kari dari kenyataan dan menjadi seorang pengeecut. Tak mau meneriama
kenyataan hidup yang terjadi. Si ibu rela membiarkan bayinya dipelihara oleh
orang lain karena ia begitu mencintai bayinya. Ia ingin agar bayinya tetap
hidup dan merasakan kebahagiaan di dunia ini dan ia memilih untuk menanggung
semua kesulitan itu sendirian. Seorang ayah yang mau menyembelih putranya
ketika diperintahkan oleh Tuhan percaya bahwa Dia mempunyai kuasa untuk membangkitkannya kembali. Ia lebih mencintai
Tuhan, bahkan ia buktikan dengan tindakan yang nyata tanpa ada pertanyaan
sedikitpun. Jika itu yang terjadi padaku, pasti aku akan berpikir 2 kali, tidak
10 kali atau bahkan seribu kali sebelum melakukan semua itu. Tetapi dari hal
ini saya belajar bagaimana aku bisa berpikiran jernih dan tahu tujuan yang
sebenarnya dari apa yang akan saya lakukan.
Aku
pernah mendengar kalimat ini “Cinta butuh pengorbanan” dan
sekarang aku benar-benar memikirkannya. Kalian pasti bertanya sejak awal, alasan
aku apa sehingga harus mengakhiri hubungan baik ini dengan orang yang aku
sayangi. Aku memilih untuk mengikuti Tuhan dan melayani-Nya dengan sepenuh
hati. Meski terkadang aku tak mengerti persoalan yang sedang aku alami, tapi
aku yakin bahwa aku pasti bisa melaluinya karena Dia sendiri yang akan memegang
tanganku dan berjalan bersama denganku. Jika itu yang Dia inginkan dalam
kehidupanku, aku akan melakukannya. Bukan berarti aku menelantarkan orang yang
ku sayangi, tetapi aku percaya dengan segenap hatiku kami akan dipertemukan
kembali karena Dia memiliki kuasa di atas bumi ini. Aku ini hanya hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut kehendak-Nya. Hidupku untuk Dia, jadi apa yang bisa
aku lakukan ialah menyenangkan hati-Nya. Aku selalu percaya kepada
janji-Nya karena Dia adalah setia dan adil.
Hari
aku berterima kasih kepada-Nya karena perbincanganku dengan dia dalam pesawat
genggam ini aku menyadari hal ini dan dapat membagikannya kepada kalian semua. Sekarang
aku tidak bimbang lagi dan aku sekarang bisa menentukan mana jalan yang terbiak
bagiku. Aku harap dia akan mengerti dengan semua yang sedang ku lakukan ini
suatu hari nanti. Aku harap orang yang mencintaiku dapat memberikan dukungan
yang positif terhadap sesuatu yang benar dan memberikan nasihat serta teguran
kepadaku jika aku melakukan kesalahan. Meskipun aku tak tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya antara aku dan dia. Apakah dia akan kecewa atau tidak? Semuanya
akan ku serahkan kepada Tuhan, karena Dia pernah berkata “Lakukanlah bagianmu, maka Aku akan melakukan bagian-Ku”. Saat ini yang
terpenting adalah bagaiama dia juga mengasihi Tuhan sama seperti dia mengasihi
aku dan sebagaimana aku telah lakukan. Aku akan selalu berusaha untuk mengingatkan
sesuatu padanya yakni “Lakukanlah sesuatu bukan untuk
manusia, tetapi untuk Tuhan. Jika itu yang kamu lakukan, maka kamu tak
akan pernah kecewa dengan apa yang telah kamu lakukan selama ini.” Jika aku
tahu dia melakukan semua ini sebelum aku memuat artikel ini ataupun setelah
membaca artikel ini aku akan merasa sangat senang dan berterima kasih
sepenuhnya kepada Tuhan yang telah membantuku menemukan orang yang tepat. Ternyata Dia memang senantiasa
mengawasiku dan selalu mendengarkan setiap doa yang kulantunkan.
“Terima kasih
Tuhan karena Engkau telah menjadi sandaran bagiku di kala susah datang
mengahmpiri. Aku tahu, Engkau mempunyai solusi yang tepat bagiku sehingga aku
selalu datang berbicara kepada-Mu. Terima kasih selalu menjagaku di manapun aku
berada. Apapun keputusanku, aku harap ini adalah keputusan yang sesuai dengan
keinginan-Mu. Aku hidup hanya ingin untuk menyenangkan hati-Mu, ya Tuhan. Amin.”