Kata orang hidup itu sebuah pilihan
benarkah?
Ku rasa iya!
Pernyataan di atas memang benar, dan
kini aku tengah mengalaminya.
Aku tak tahu harus memilih yang mana.
Aku bingung.
Sekarang aku dihadapkan oleh dua
pilihan yang begitu sulit untuk ku ambil.
Dua pilihan yang begitu berarti di
mataku.
"What should I do? Oh no! Please let me
take both of them, but I don't!"
Aku diharuskan untuk memilih.
Bukan! Aku anggap ini adalah suatu
keterpaksaan.
Kedua pilihan pasti punya resiko yang
mungkin saja menguntungkan atau malah merugikanku.
Kutatap kedua orang tua yang sangat ku
cinta.
Aku tak tega membuat mereka kecewa dan
menenteskan airmata.
Namun, hati kecilku menginginkannya.
Aku ingin di duniaku.
Dunia yang begitu menyenangkan.
“Jika itu pilihanmu, bapak tak akan
memaksa, tapi itu akan membunuh bapa secara perlahan.”
Kata-kata itu seakan membuatku untuk
termenung sesaat. Bagai petir yang menyambar di siang bolong.
Aku tahu, itu akan menjadi bom waktu
baginya, bagi ayahku.
Air mata secara perlahan mulai
membasahi wajahku.
"Aku sayang kalian papa dan mama."
"Aku akan ikut kalian."
Mungkin ini akan terasa berat dan butuh
proses yang lama untuk mengurungkan niatku ini.
Tapi aku akan coba, dan akan terus ku
coba. Aku yakin aku bisa, meski butuh waktu yang panjang.
Aku tahu kalian ingin yang terbaik
untukku.
Tapi beginilah kenyataanya. Harus
dijalani.
Mungkin ini adalah takdirku.
Takdir menjadi seorang malaikat
penolong bagi keuargaku.
Aku harus mengorbankan keinginanku.
Bukan! Keinginan terbesarku.
Hufftt..
itu cukup menyakitkan.
Sedih harus melepaskan impian yang
hampir saja aku pegang.
Hampir saja aku raih.
Kini aku hanya bisa melambaikan tangan
pada kapal impianku yang akan segera lepas landas.
Mengucapkan selamat tinggal dan mungkin
tidak akan berjumpa lagi.
Kesempatan hanya datang satu kali,
selebihnya itu merupakan sebuah kerja keras.
Kesempatan emas ku biarkan pergi begitu
saja.
Apa ini adalah cobaan?
Cobaan akan keteguhan hati yang
tertumpuk pada sebuah keyakinan?
Entalah..
aku sekarang terjerat dalam dua dunia
yang berbeda.
Ingin sekali rasanya membenturkan
kepala ke tembok hingga berlumuran darah
agar aku lupa akan impian terbesarku.
Aku iri..
Ya, pada kalian semua!
Mengapa kalian tak pegang tanganku dan
mengajakku untuk bangkit kembali?
Mengapa kalian hanya tertawa melihatku
yang jatuh dan mencoba untuk berdiri dengan tenaga yang tersisa?
Kini ku berusaha tuk melepaskan niat
ini.
Niat yang telah berdiam lama dalam
detak jantungku.
Aku harus memulai lembaran baru.
Aku kini hanya bisa menatap mentari
yang tampak malu-malu untuk menunjukan rupanya.
Aku terjaga hingga saat ini.
Ku tak mampu untuk menutup mata, yang
mungkin saja akan mengingatkanku kembali padanya.
Ku bulatkan hati untuk terus maju.
Apapun tantangannya!
Apapun rintangannya!
Kan ku kubur dalam-dalam semua impian
ini bersama batu yang ku lemparkan ke laut.
Yang akan membawanya hingga dasar
terdalam dan aku tak mungkin untuk melihat dan menemukannya lagi.
Mungkin itu bukan panggilanku.
Bukan jalan bagiku.
Ku mulai belajar melepaskan apa yang
begitu berharga dan mulai menerima apa yang telah kudapat.
Biarlah itu menjadi impianku yang
mungkin akan disukseskan oleh orang lain.
Berhasil menemukan kunci dan membuka
peti harta karunku.
Dan akhirnya mampu untuk mewujudkannya!
Tak perlu lagi ada air mata.
Hidupku belum habis semua.
Dan aku tahu, inilah yang terbaik
untukku.
Ku ikhlaskan semuanya.
Apa aku malu?
Sama sekali tidak!
Ini malah membuat ku lebih bersemangat
lagi.
Semangat dalam menjalani kehidupan yang
selalu diterpa oleh kemajuan teknologi.
terkadang ada pilihan yang sulit yang harus kita ambil, tapi percaya sajalah .. Tuhan punya maksud dibalik pilihan yang dia buat kita hanya bisa memilihnya.
BalasHapusiya ade. kk percaya itu.
Hapusthankz uda mgingatkan ;)
iya kaka sama*
BalasHapus